Kartun ilustrasi Nah Ini Dia untuk edisi 'Pasien Jantung Jangan Lari Malah Larikan Istri Orang', Rabu (07/04/2021). (kartunis: Yudhi Himawan)

Nah Ini Dia

Pasien Jantung Jangan Lari Malah Larikan Istri Orang

Rabu 07 Apr 2021, 07:30 WIB

KOPLAK bener kelakuan Ponidi (33), dari Trenggalek (Jatim) ini. Sebagai pasien penderita penyakit jantung, dia dilarang dokter berlari. Eh, malah berani-beraninya melarikan istri  orang, Ny. Tarsih (28). Saat ketahuan suaminya, mencoba kabur ke ladang. Begitu tertangkap, baru mau dihajar sudah mati lemas duluan!

            Dokter spesialis jantung melarang pasiennya untuk olahraga: 1. Sepabola, 2. Badminton, 3. Tenis, 4. Basket dan 5. Maraton. Intinya, penderita jantung memang dilarang berlari, karena memaksa detak jantung menjadi lebih cepat. Maka paling aman bagi mereka, hanyalah olahraga catur atau main skak. Tubuh tak banyak gerak, yang bekerja cukup otaknya, bagaimana bisa mengantisipasi 3 langkah ke depan pihak lawan.

            Nah, Ponidi warga Watulima, Trenggalek, sok-sokan banget. Oleh dokter dia divonis punya penyakit jantung coroner, sehingga sehari-hari harus hemat energi. Jangan olahraga yang memerlukan lari, tak boleh kaget dan jangan nonton hal-hal seronok. Sebab jika jantung mendadak sedut-senut, itu ancaman bagi jiwanya. Bisa malaikat Izroil datang mendadak, dicabut dia punya nyawa wush.......dan wasalamlah kata Asmuni.

            Tapi Ponidi memang sosok lelaki bandel. Jelas-jelas punya kelainan jantung, kok maksa banget sport jantung dengan mencoba punya WIL, bini orang lagi. Nge-WIL bini orang kan sama saja nyolong milik orang. Itu pastinya membuat jantung selalu deg-degan, takut-takut ketahuan. Belum lagi ketika koalisi asmara itu ditingkatakan ke “eksekusi”, pastilah jantung akan bekerja ekstra cepat.

            Begitulah kelakuan Ponidi. Di rumah sudah ada istri, berani-beraninya mengganggu Ny. Tarsih, bini Tugono, 35, warga Besuki, Tulungagung. Akibatnya ya sport jantung melulu. Baru ketemu Tarsih, jantung sudah makserrrr......., lihat belahan dadanya bini Tugono, kembali makserrrr. Terima telpon darinya untuk diajak kencan, kembali jantung makserrr. Karenanya, selama berhubungan dengan Tasih si Ponidi ini harus rajin minum tablet Captopril.

            Tak jelas juga, kenapa Tarsih kok bisa melandeni deburan asmara Ponidi yang selalu berwajah pucet karea punya penyakit jantung itu. Dan di sinilah kegilaan Ponidi makin sempurna ketika dia berani mengajak lari Tarsih. Anehnya, bini Tugono ini kok ya mau saja. Mungkin dia sudah terobsesi film lama “Bawalah aku pergi” (1982) karya sutradara Asrul Sani yang dibintangi Roy Marten dan Marisa Haque.

            Jadilah Tarsih dibawa kabur lelaki penderita jantungan ini ke Trenggalek. Di tempat persembunyiannya di Watulima, tak kurang dari ping lima (5 kali) mereka berhubungan intim. Pokoknya di hari-hari itu dunia rasanya milik berdua, sementaara yang lain ngontrak semua atau masih cari rumah DP nol rupiah.

            Enak di Ponidi, eneg bagi Tugono selaku suaminya. Dia pun mencari tahu keberadaan istrinya yang sudah beberapa hari menghilang. Akhirnya dapat info bahwa memang dibawa kabur Ponidi. Dikerjalah lelaki pecundang itu. Merasa bersalah, penderita jantung yang tak boleh berlari itu nekad berlari tengah malam. Sempat sekali Tugono memukulnya dan tak lama kemudian Ponidi limbung dan tewas.

            Dalam penyelidikan di Polres Trenggalek, diketahui Ponidi meninggal karena lemas kehabisan napas. Tapi luka di kepalanya akibat pukulan Tugono, menjadi pemicu tewasnya penderita penyakit jantung ini. Tak urung Tugono jadi urusan polisi, karena pukulannya menyebabkan matinya seseorang.

            Mestinya sebelum dikejar, ditanya dulu Ponidi, punya penyakit jantung nggak? (DC/Gunarso TS)

Tags:
Pasien JantungOperasi Jantung Dapat Perburuk Kondisi Pasien Covid-19Larikan Istri Orang

Administrator

Reporter

Administrator

Editor