Tukang Ganggu Bini Orang Tewas Dikeroyok Penduduk 

Selasa 13 Apr 2021, 07:30 WIB
Ilustrasi Nah Ini Dia Tukang Ganggu Bini Orang Tewas Dikeroyok Penduduk. (ucha)

Ilustrasi Nah Ini Dia Tukang Ganggu Bini Orang Tewas Dikeroyok Penduduk. (ucha)

USIA  masih muda,  Munarsal, 30, sudah terkenal jadi tukang ganggu bini orang. Warga Ogan Ilir (Sumsel) pun dendam. Ketika lelaki celamitan ini kembali ganggu adik ipar, langsung dikeroyok penduduk sampai wasalam. Paling tragis, istrinya pun ogah mengurus mayatnya, mau dikubur di mana, bodo amat!

Ada gangguan listrik saja, warga sering ngomeli PLN. Apa lagi jika terjadi gangguan istri oleh lelaki lain, pastilah ngamuk suami berikut jajarannya. Dan ini banyak terjadi di manapun. Jika warga masih bisa mengendalikan emosi, urusan selanjutnya diserahkan ke polisi. Tapi jika si pelaku sudah kelewatan dan sudah tak ada lagi maaf baginya, warga bisa main hakim sendiri. Prinsipnya, masuk penjara biar saja, toh di sana juga dikasih makan ini.

Nasib malang ini dialami oleh Munarsal, warga Payaraman Kabupaten Ogan Ilir (Sumsel). Sejak dia menjadi warga Sarikembang sekitar 5 tahun lalu, warga menjadi tak tenang. Sebab dengan modal ketampanannya dia jadi predator seksual. Hobinya ganggu perempuan, baik yang gadis maupun sudah menjadi istri orang. Ironisnya, ada saja wanita yang mau diperdayainya, padahal sekedar jadikan ajang pelampias nafsu.

Dari mana asal-usulnya Munarsal, juga tak pernah jelas. Tapi Eviati, 28, kali pertama kenal pada anak muda yang tak jelas pekerjaannya itu langsung kesengsem. Walhasil ketika mereka menikah, sama sekali tak ada seserahan atau lamaran dari pihak mempelai lelaki. Prinsip Munarsal, “Tak perlu surat-surat itu, kan yang penting aurat.....!”

Karena putrinya kadung demen, orangtua tak mampu mencegah perkawinan Munarsal-Eviati. Doa mereka kemudian, “Ya semoga saja pasangan anak dan menantuku ini bahagia sejahtera, menjadi keluarga sakinah mawadah warahmah.” Siapa tahu kesan jelek di awal akan berujung kesan baik di kemudian hari. Suul khotimah menjadi khusnul khotimah.

Tapi doa keluarga istri rupanya sulit  terealisir. Soalnya, sejak punya anak satu, Munarsal kelakuannya benar-benar mursal (kurang ajar). Dia mulai suka mengganggu bini orang. Anehnya, kok ada yang terpikat padanya. Mungkin karena punya modal tampan, santun dan seiman. Dan memang begitulah, melelihat selintas penampilan Munarsal tak terbayang bahwa dia memiliki otak kriminal yang berhubungan dengan alat vital.

Ada warga tetangga desa, istrinya digangguin oleh Munarsal. Tapi suaminya hanya lelaki cemen. Dia tak membela keluarga, tapi cukup diceraikan saja istrinya. Sebab sang suami tak mau punya istri yang sudah ternoda oleh lelaki lain. Si suami hanya minta keadilan pada Sang Pencipta, agar orang macam Munarsal ini akan segera memperoleh pembalasan setimpal akibat ulahnya.

Begitulah, ulah Munarsal yang selalu mengganggu bini orang sudah bikin resah banyak orang. Tapi kebanyakan dari mereka hanya memaafkan saja, dengan catatan jangan diulang lagi. Tentu saja hal ini membuat Munarsal semakin gede kepala, paralel dengan gedenya dia punya nafsu atas wanita.

Terakhir, Munarsal masih mengganggu Mita, 20, adik iparnya sendiri. Eviati pernah memergoki suaminya sekamar dengan adik wanitanya tersebut.Buru-buru suami keluar. Ewa segitu masih bisa berkelit bahwa tak ada perselingkuhan, wong ke kamar mau pinjam gunting. Tapi ketika dia tanya langsung pada adiknya, Mita setengahnya mengakui. Ibaratnya pertandingan bal-balan, bola sudah siap dittembakkan ke gawang lawang, tiba-tiba wasit meniup peluit panjang.

Sejak itu Eviati tak pernah nyaman asal suami di rumah, takutnya kucing kepala hitam itu benar-benar nubruk adiknya. Dan rupanya hal itu menjadi kenyataan, beberapa hari lalu ada laporan Mita diboncengkan motor oleh suaminya ke suatu tempat. Tapi beberapa jam kemudian ada laporan baru yang sangat mengagetkan, suaminya tewas dikeroyok penduduk sekampungnya.

Berdasarkan keterangan polisi, Munarsal jadi korban kejengkelan warga. Sebab berulangkali dia menggaggu bini orang. Maka ketika kembali dia hendak “menelateni” adik ipar sendiri, penduduk mengeroyoknya tanpa ampun. Satu orang dikerubut warga sekampung, ya wasalamlah. Paling ironis, ketika jenazah dibawa pulang Eviati tak mau menerimanya, karea sudah kadung sakit dan hancur hatinya. “Males saya ngurus mayat Munarsal, mau dibuang di kali di makan buaya, bodo amat!” ujarnya sengit. (Tribun/Gunarso TS)

Berita Terkait
News Update