Opini

Mas Harmoko dan Pak Sucipto

Sabtu 02 Jan 2021, 08:25 WIB

SELASA siang menjelang sore, tanggal 8 Desember 2020 lalu, saya bertemu dengan beberapa orang sahabat di sebuah rumah sakit di wilayah Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Dua orang di antara para sahabat yang bertemu di rumah sakit itu akan saya bahas singkat dalam artikel pendek ini.

Orang pertama, adalah Mas Harmoko (81 tahun, lahir di Nganjuk, Jawa Timur, 7 Februari 1939). Orang kedua, Pak Sucipto atau Pak Cip (41 tahun, lahir di Pulau Rupat, Riau, Sumatra, tanggal 25 Desember 1979).

Mas Harmoko saya panggil “mas” sementara Pak Cip saya panggil “pak”. Kontroversi tapi menarik bukan ?. Hidup ini memang kadangkadang di luar logika tata bahasa atau adat istiadat.

Pak Cip dan Mas Harmoko ketika itu baru dua kali jumpa. Dalam perjumpaan di rumah sakit itu, Ny Sri Romadhiyati Harmoko (73 tahun) berkata :”Dimas dan Niken sering bercerita tentang Pak Cipto, ternyata Pak Cip ini masih muda banget, seharusnya kita panggil dik Cip.”.

Dimas dan Niken adalah putera dan puteri Mas Harmoko dan Mbak Sri. Saya sering ke tempat kerja Pak Cip di pantai Pluit Jakarta. Di tempat itu saya selalu bertemu dengan Dimas, Niken dan temen-temen lainnya.

Saya mulai kenal Mas Harmoko tahun 1983, ketika masih jadi Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat. Beberapa kali saya bersama beliau dalam tugas saya sebagai wartawan.

Ketika beliau jadi Menteri Penerangan (1983 - 1997, 14 tahun). Dia sering mengajak saya ikut safari Ramadhan ke segala penjuru negeri ini. Banyak cerita jenaka dalam perjalanan ini.

Mas Harmoko sering mengatakan kepada saya, “Dik Os, kalau ingin menulis kritik kepada orang, kita harus sabar meluangkan waktu untuk merenungkan siapa yang kita kritik itu, supaya kita tidak kena balasan berupa gebukan.”

Saya kenal Pak Cip sekitar awal 2018. Dalam pertemuan-pertemuan dengan Pak Cip, banyak dihadiri kedua putera puteri Mas Harmoko, yakni Dimas dan Niken.

Pak Cip sering menyampaikan kalimat-kalimat bijak kepada saya. “Kalau kita jengkel dengan anjing dan ingin memukul anjing itu, kita perlu tahu siapa pemilik anjing itu, supaya kita jangan sampai digebuk pemilik anjing itu.(OS)

Tags:
Mas Harmoko dan Pak Suciptomantan menteri peneranganpendiri poskota

Reporter

Administrator

Editor