“HALO apa kabar, Bapak Ibu, semoga sehat wal afiat. Waras! Kalau nggak waras bisa salah jalan. Karena untuk jalan yang benar, lurus, kayaknya banyak banget rintangan. Jadi ya, belok kanan belok kiri,mengikuti arus yang enak, yang ada duitnya. Iya, apa iya?” kata sohib Bang Jalil dari jarak jauh.
“ Saya tebak, pasti Bapak mau nawarin orang lain jadi menteri, ya?” sambar istri Bang Jalil.
“ Hehehehe, Ibu tahu aja?” kata sohib.
Baca juga: Ingat! Usai Nyoblos, Langsung Pulang
Bang Jalil merenung. Aneh juga ya manusia. Sudah dikasih enak-enak, jadi pejabat tinggi dengan pengahasilan gaji tingi, tapi malah pada menyeleweng. Menteri korupsi, pejabat daerah koruspi, anggota dewan korupsi.
“Itu namanya aji mumpung. Kan dulu susah. Ada yang mengelandang, makan aja susah? Nah, begitu jadi pejabat pada aji mumpung. Mereka berpikir, itu barang haram, tapi sekarang ini kan nggak peduli, mereka berebut, kalau nggak buru-buru diambil, bisa disikat orang lain! Maklum, pada kemaruk, serakah!” kata sang istri lagi dengan nada gemas.
Sahabat Bang Jalil tertawa. Tertawa sumbang. Itu tadi komentar dari emak-emak, dan ada betulnya. Tapi itu oknum. Jadi, ya masih banyak orang yang baik dan jujur serta amanah.” Sekarang ini ada lowongan jadi menteri, biar aman, ibu saja yang gantiin. Mau jadi menteri?”
Baca juga: Tempat Pertemuan Sesaat
“Saya nggak mau. Sebelumnya ada mentri dari wanita, kayak wonder women, tapi disuruh lengser. Lagi pula, saya ini pernah susah, saya juga dulu pernah hidup di selokan. Saya bisa mata gelap, sekarang pakai tas yang lima puluh ribu aja nggak kuat. Kalau jadi penggede kan saya bisa serakah kepingin tas yang harganya 600 juta rupiah!” kata sang istri sambil ngeloyor.
Giliran Bang Jalil yang tersenyum getir. (massoes)
.png)
.jpg)
