Ini Strategi Satgas Covid-19 Hadapi Warga yang Abai Protokol Kesehatan

Jumat 02 Okt 2020, 06:45 WIB
Talkshow "Pencegahan Covid-19: Beda masyarakat, Beda Strategi? " di BNPB Jakarta, Kamis (01/10/2020). / BNPB

Talkshow "Pencegahan Covid-19: Beda masyarakat, Beda Strategi? " di BNPB Jakarta, Kamis (01/10/2020). / BNPB

JAKARTA - Survei Badan Pusat Statistik menyatakan 17 persen percaya tidak akan terjangkit Covid-19. Satuan Tugas Penanganan Covid-19 memahami keragaman pendapat ini dan menyiapkam sejumlah strategi untuk mengubah perilaku masyarakat. 

"Ada yang mendapatkan informasi salah, tapi ada juga yang merasa itu tidak terserang, karena hanya berlaku untuk kalangan tertentu misalnya. Tugas kita semua untuk menyadarkan Covid-19 tidak pandang bulu, tapi harus dilihat mereka siapa aja dan bagaimana mereka sampai pada ide mereka tidak akan terkena Covid-19," jelas Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19 dr. Turro Wongkaren di Media Center BNPB Jakarta, Kamis (01/10/2020) 

Sementara itu, dr. Norman Zainul di tempat yang sama mengatakan memang karakteristik virus ini menjadikan masyarakat tidak peka dengan keberadaannya. 

"Ukurannya itu 3 nano meter, sangat kecil. Lagi pula dia tidak berbau, tidak terlihat, tidak terasa, tidka terdengar. Sepetti jin, seseram itu bisa masuk kd tubuh kita. Tidam terdeteksi dengan cara apa pun, kecuali setelah terjangkit. Sehingga perlu upaya keras untuk meyakinkan masyarakat," tambah Norman. 

Menyikapi perbedaan pendapat masyatakat, Satgas Covid-19 sudah melalui tim Perubahan perilaku tengah merangkuh role model atau panutan yang ada di masyarakat, dari tokoh agama, politik, selebriti, bahkan pelaku usaha yang berpengaruh. 

"Pendekatan yang dilakukan adalah melihat di masing-masing wilayah karena pasti ada komunitas tertentu dari adat, pekerjaan, kumpulan dokter, kumpulan ekonom, atau komunitas berdasarkan hobi. Ini memiliki karakteristik sendiri atau leader orang-orang yang dianggap penting dan mempengaruhi," ujar Turro.

Turro menjelaskan, beberapa strategi yang dilakukan adalah mulai dari menegur masyarakat yang tidak menjalankan perubahan perilaku protokol kesehatan. Kemudian strategi memberikan insentif bagi yang sudah menjalankan, hingga strategi hukuman.

"Kami harapkan punishment tidak perlu banyak digunakan. Kami mulai mengumpulkan influencer dan kepala stasiun tv supaya di masyarakat semua cara pandangnya sama. Role modelnya menggunakan perilaku sama dan memilih influence yang sangat berpengaruh mereka memberikan informasi dan mengingatkan," katanya. (mita/win)

Berita Terkait
News Update