TIGA bulan lagi Formula E 2020 seri Jakarta digelar. Namun, rencana Pemprov DKI Jakarta yang menjadwalkan balapan mobil listrik digelar pada 6 Juni tahun ini di kawasan Monas masih belum mulus.
Meski Gubernur Anies Baswedan sudah mengumumkan bahwa balapan mobil listrik bertepatan hari kelahiran Proklamator Soekarno, tetapi sikap publik terhadap Formua E terbelah.
Bagi yang pro beralasan Formula E bisa mempopulerkan Jakarta, terutama sektor pariwisata di mata internasional. Selain itu, balapan listrik juga bisa menggeliatkan perekenomian warga.
Sementara bagi yang kontra, balapa mobil listrik sebaiknya dibatalkan. Alasnnya, selain kawasan Monas adalah cagar budaya, saat ini dunia termasuk Jakarta sedang dirongrong virus Corona.
Bahkan nitizen mendesak Anies membatalkan Formula E. Mereka meminta anggaran yang sudah disiapkan untuk balapan mobil listrik digeser bakal mengusir tamu tak diundang berupa banjir bandang.
Biaya menggelar balapan mobil listrik di Jakarta sesuai dengan data menelan duit yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) DKI Jakarta Rp1,6 triliun. Dana senilai itu, bakal membangun infrastruktur balapan saja mencapai Rp300-Rp350 miliar.
Bukan cuma publik, di kalangan wakil rakyat Kebon Sirih alias DPRD juga beda pendapat. Satu kelompok menilai Formula E bisa menguntungkan secara ekonomi, sedangkan kelompok yang lain menolak lantaran digelar di areal cagar budaya dan momentumnya kurang pas karena virus Corona sedang melanda.
Ketua DPRD DKI Jakarta, Prasetyo Edi Marsudi secara tegas menolak Formula E digelar di areal Monas. Politisi PDI Perjuangan ini bersikukuh tidak akan mengetuk palu setuju terhadap balapan mobil listrik yang diagendakan digelar di kawasan cagar budaya itu.
Pro kontra publik dan kalangan anggota Dewan mengundang Sandiaga Uno urun rembuk. Mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta berharap polemik seputar Formula E segera diakhiri, Pos Kota (8/3/2020).
Harapan Sandiaga patut dipertimbangkan. Anies dan jajarannya bersama Dewan plus Sekretaris Negara segera duduk bareng membahas nasib Formula E dengan argumen-argumen yang rasional.
Jangan serampangan. Buanglah ego mau menang dan benar sendiri dalam membahas perlu tidaknya balapan mobil listrik di Monas, termasuk mengkalkulasi sampai kapan virus Corona masih merongrong dunia, termasuk Jakarta.
Satukan persepsi jangan sampai terpecah belah. Tak bersatunya publik dan para stakeholder dalam menyikapi Formula E bisa menurunkan citra Indonesia dan Jakarta di kancah internasional.
Semoga saja Formula E tidak terus menerus di persimpangan jalan. @*