ADVERTISEMENT

Meski Petani Sudah Panen, Harga Beras di Indramayu Masih Tinggi

Selasa, 19 Februari 2019 18:43 WIB

Share
Meski Petani Sudah Panen, Harga Beras di Indramayu Masih Tinggi

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

INDRAMAYU - Petani yang melakukan percepatan tanam pada Musim Tanam (MT) Rendeng 2019 di Indramayu, Jawa Barat tengah memasuki panen perdana. “Semestinya panen padi dibarengi turunnya harga beras. Yang terjadi harga beras yang dijual pedagang eceran di pasar maupun di warung masih bertengger mahal,” kata Ny. Enah, 54 warga Kelurahan Lemahmekar, Indramayu, Jawa Barat. Dihubungi Pos Kota, Selasa (19/2/2019) Enah mengemukakan, harga beras terendah yang dijual pedagang eceran di warung masih Rp 11.500 per Kg. Harga beras kualitas medium mencapai Rp12.500. Harga itu sudah berlangsung lebih dari sepekan. Jauh hari sebelum petani panen. Sekarang, katanya tanaman padi sudah ada yang dipanen. “Biasanya kalau sudah ada tanaman padi yang dipanen itu harga beras langsung turun. Tahun 2019 ini enggak. Harga beras terendah masih relatif mahal Rp11.500 per Kg,” katanya. Idealnya harga beras terendah itu kembali ke posisi harga normal yaitu Rp8.500 atau Rp9.000 per Kg. Pemantauan Pos Kota, Selasa (19/2/2019) sawahpetani yang sudah panen merupakan tanaman padi yang tanam lebih awal. “Yang sudah dipanen itu umumnya tanaman padi yang berada di wilayah Selatan Indramayu, seperti Kecamatan Gantar, Cikedung, Terisi, Heurgeulis dan Kecamatan Sindang,” ungkap Daryudi, 42, seorang tengkulak gabah. Dikatakan, harga gabah saat panen awal, masih tinggi, kisaran Rp6.000 per Kg. Harga itu dipastikan berangsur-angsur turun, manakala panen sudah merata di wilayah Kabupaten Indramayu. “Saya perkirakan harga gabah turun pada kisaran Rp5.000 per Kg setelah sebagian besar sawah di Indramayu memasuki masa panen,” ungkapnya. Hasil panen padi di Kecamatan Terisi tahun ini kualitasnya cukup bagus. “Umumnya gabahnya bersih dan berisi. Jarang yang gabug atau hampa,” katanya. Kualitas gabah yang baik ini kata petani Sudil, 54, karena ditunjang oleh cuaca yang cukup bagus. Ia mengemukakan, cuaca pada MT Rendeng ini cukup bagus. Hujan sering turun pada malam hari, sedangkan siang hari cuaca panas. Hal itu berpengaruh baik terhadap tanaman padi. “Alhamdulillah hasil panen padi bagus, per hektar mencapai hampir 5 ton,” katanya. Tanaman padi di Kecamatan Terisi yang awal memasuki masa panen adalah tanaman padi yang berada di kawasan hutan Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Jatimunggul. Tanaman padi yang ditanam pada lahan tadah hujan itu merupakan tanaman tumpangsari dengan tanaman kayu putih. “Lahan atau sawahnya milik Perhutani Kesatuan Pemangku Hutan (KPH) Indramayu. Kewajiban petani memelihara tanaman kayu putih dan hak kita menanam padi di sela-sela tegakkan tanaman kayu putih atau disebut tanaman tumpangsari ,” ujarnya. Meski hasil panen padi sistem tumpangsari ini tidak sebanyak hasil panen pada sawah biasa atau pada umumnya, namun petani penggarap merasa lega dengan diperbolehkannya menanam padi sistem tumpangsari. “Kewajiban petani penggarap adalah memelihara tanaman pokok berupa kayu putih milik Perhutani. Petani diberi kesempatan menanam padi di sela-sela tegakkan tanaman kayu putih. (taryani/b)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT