ADVERTISEMENT

Paus Fransiskus Serukan Perlindungan Nasib Migran dan Pengungsi di Misa Malam Natal

Senin, 25 Desember 2017 10:09 WIB

Share
Paus Fransiskus Serukan Perlindungan Nasib Migran dan Pengungsi di Misa Malam Natal

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

VATIKAN - Paus Fransiskus, dalam Misa Malam Natal, mendesak dunia untuk tidak mengabaikan nasib jutaan migran dan pengungsi "yang diusir dari tanah air mereka." Sri Paus membandingkan para migran dan pengungsi itu dengan Maria dan Yusuf: ia mencuplik kisah Bibel tentang bagaimana keduanya harus melakukan perjalanan dari Nazaret ke Betlehem namun tidak menemukan tempat tinggal. Banyak migran, katanya, dipaksa melarikan diri dari para pemimpin yang "tidak menganggap ada masalah dalam menumpahkan darah orang-orang tidak berdosa". Sri Paus akan memberikan pidato tradisional Natal "Urbi et Orbi" pada hari Senin (25/12/2017) ini. "Begitu banyak jejak lain yang tersembunyi dalam jejak Yusuf dan Maria," kata paus asal Argentina berusia 81 tahun itu, kepada para jemaat di Basilika Santo Petrus di Kota Vatikan pada Minggu malam. "Kita melihat jejak jutaan orang yang tidak memilih untuk pergi tapi diusir dari tanah air mereka, meninggalkan orang-orang yang mereka sayangi." Pemimpin 1,2 miliar umat Katolik Roma ini juga menekankan bahwa iman Kristiani menuntut bahwa orang asing disambut di mana pun. Paus Fransiskus sendiri merupakan cucu dari seorang migran Italia di Argentina. Ia menjadikan pembelaan dan perlindungan bagi kaum migran di seluruh dunia sebagai tema utama kepausannya. Saat ini jumlah migran dan pengungsi di seluruh dunia melebihi 22 juta. Arus lintas perbatasan terakhir adalah kaum Muslim Rohingya yang melarikan diri dari kekerasan yang mereka derita di Myanmar. Di Bethlehem, Palestina, orang-orang berkumpul di alun-alun Manger untuk mengikuti parade tahunan pramuka di dekat Gereja Nativitas, yang dibangun di tempat yang diyakini orang Kristen sebagai tempat lahirnya Yesus. Namun jumlah peziarah Kristen di kota yang terletak Tepi Barat itu karena meningkatnya ketegangan antara orang-orang Palestina dan tentara Israel sejak Presiden AS Donald Trump mengakui Yerusalem sebagai ibu kota Israel. (bbc/sir)

ADVERTISEMENT

Reporter: Admin Super
Editor: Admin Super
Sumber: -

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT