Bangunan Masjid Langgar Tinggi di Pekojan, Tambora, Jakarta Barat. Masjid ini dibangun pada 1829 M. (Sumber: Poskota/Bilal Nugraha Ginanjar)

KHAZANAH

Masjid Langgar Tinggi, Warisan Saudagar Yaman di Pekojan yang Tak Lekang Waktu

Jumat 14 Mar 2025, 13:21 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Bangunan bersejarah masih kokoh berdiri sebagai saksi masuknya Islam ke Jakarta Barat. Masjid Langgar Tinggi, namanya.

Masjid ini terletak di Jalan Pekojan Raya RT 02/01, Kelurahan Pekojan, Kecamatan Tambora, Jakarta Barat, dan sudah berdiri sejak 1249 Hijriah atau 1829 Masehi.

Masjid Langgar Tinggi memiliki pintu masuk kecil berukuran sekitar 1,5 meter. Gerbangnya yang terbuat dari besi tampak berkarat dimakan usia.

Di atas pintu masuk, sebuah papan kayu hijau tua mencantumkan nama masjid dalam bahasa Indonesia dan Arab. Pada papan berbentuk persegi itu, tertulis bahwa masjid ini didirikan pada 1249 Hijriah atau 1829 Masehi.

Baca Juga: Motor Oji Cepat Rusak Kena Air Rob di Muara Angke

Bangunan Langgar Tinggi memiliki arsitektur unik yang memadukan unsur budaya Moor, India, Arab, dan Tionghoa. Dari luar, masjid ini tidak tampak seperti masjid pada umumnya karena dominasi gaya arsitektur Tionghoa.

Fondasinya menggunakan batuan dari China dengan ukuran sekitar dua meter yang saling mengikat satu sama lain. Material ini membuat bangunan tetap kokoh meskipun terkena getaran bumi.

Ruang utamanya berada di lantai dua. Sedangkan lantai dasar digunakan untuk tempat wudhu, toilet, dan toko yang dulunya menjadi tempat menginap para pedagang.

Baca Juga: Meriahnya Tradisi Ngadu Bedug di Malam Ramadan

Pengurus Langgar Tinggi, Achmad Alwi Assegaf, menceritakan, hampir dua abad lalu, banyak orang Yaman berlayar ke Indonesia dan memilih Pekojan sebagai pusat perdagangan.

Lokasi ini strategis karena berdekatan dengan Kali Angke, jalur utama pengangkutan dan perdagangan saat itu. Kemudian saudagar asal Yaman bernama Abu Bakar Shihab membangun sebuah musala berbentuk rumah panggung di tepi Kali Angke pada 1828.

Awalnya, bangunan ini tidak sepenuhnya digunakan sebagai tempat ibadah. Hanya bagian atas yang dijadikan langgar atau musala, sedangkan bagian bawah berfungsi sebagai penginapan bagi kolega dagang.

Karena dulu belum ada musala di atasnya, maka disebutlah Langgar Tinggi. "Di bawahnya digunakan sebagai tempat menginap para kolega dagang mereka," ujar Alwi, dikutip dari laman resmi Pemprov Jakarta.

Salah satu peninggalan bersejarah di dalam masjid adalah sebuah mimbar berusia sekitar 185 tahun. Diukir dengan aksara Arab dan dikirim dalam bentuk jadi sebagai sumbangan dari seorang Sultan di Pontianak, Kalimantan.

Masjid Langgar Tinggi berdiri di atas lahan seluas 390 meter persegi dengan bangunan utama seluas 200 meter persegi. Hingga kini, masjid ini tetap digunakan untuk salat lima waktu dan berbagai kegiatan keagamaan lainnya.

Lahan Masjid Langgar Tinggi berasal dari wakaf Syarifah Baba Kecil, sama seperti Masjid An Nawier yang juga berada di Jalan Pekojan. Karena itu, kedua masjid ini memiliki keterkaitan sejarah yang erat.

Tags:
PekojanJakarta BaratsaudagarMasjid Langgar Tinggimasjid

Umar Mukhtar

Reporter

Umar Mukhtar

Editor