Harga Bitcoin Hari Ini 23 Februari 2025: BTC Naik Tipis, Analis JPMorgan Ungkap Alasan Pasar Kripto Terus di Zona Merah

Minggu 23 Feb 2025, 10:21 WIB
Ilustrasi harga Bitcoin hari ini Minggu, 23 Februari 2025. (Sumber: Pixabay/Vjkombajn)

Ilustrasi harga Bitcoin hari ini Minggu, 23 Februari 2025. (Sumber: Pixabay/Vjkombajn)

POSKOTA.CO.ID - Setelah serangkaian peristiwa pembobolan yang terjadi pada bursa kripto Bybit yang menelan kerugian hingga Rp23,9 triliun dan dugaan peretas adalah Lazarus Grup dari Korea Utara.

Mata uang kripto Bitcoin (BTC) pada Minggu, 23 Februari 2024 mulai menunjukkan pergerakan harga. Namun diprediksi jika aset digital ini akan terus diperdagangkan di bawah USD 100.000 atau setara dengan Rp1,630 miliar dengan asumsi kurs Rp16.310 per dolar.

Berdasarkan data CoinMarketCap, Bitcoin mengalami kenaikan tipis selama 24 jam terakhir sebesar 0,26 persen, tetapi mengalami penurunan sebanyak 1,18 persen dalam waktu sepekan. Harga Bitcoin hari ini berada di level USD 96,485 atau setara dengan Rp1,57 miliar.

Sementara untuk Ethereum (ETH) naik sebanyak 3,14 persen dalam 24 jam terakhir dan 2,48 persen dalam sepekan. Harga ETH saat ini Rp45 juta-an per koin.

Baca Juga: Harga Bitcoin Turun Diduga Karena Peretasan Besar-Besaran Grup Lazarus pada Bybit

Lalu untuk Binance Coin (BNB) mengalami kenaikan sebanyak 2.88 persen dalam 24 jam terakhir dan berada di level harga Rp10,8 juta-an per koin.

Sedangkan Solana (SOL) yang sebelumnya sempat naik, sekarang turun sebanyan 0.12 persen dalam 24 jam terakhir. Harga SOL saat ini berada di level Rp2,7 juta-an per koin.

Di sisi lain, stablecoin seperti USDT dan USDC terhitung stabil dan berada di level USD 1 atau setara dengan Rp16.300.

Secara keseluruhan kapitalisasi pasar saat ini naik sekira 0,55 persen dalam 24 jam terakhir.

Baca Juga: Google Rencanakan Integrasi Bitcoin dalam Ekosistemnya, Adopsi Mainstream Makin Meluas

Analis JPMorgan Ungkap Alasan Tekanan Pasar Kripto

Mengutip dari Tradingview, reli harga Bitcoin kemungkinan akan terancam dan terus diperdagangkan di bawah USD 100.000.

Analis JPMorgan, Nikolaos Panigirtzoglou menyebutkan penurunan harga yang signifikan ini karena minat institusional terhadap industri kripto, khususnya melalui kontra berjangka Bitcoin dan Ethereum.

“Investor institusional telah menjadi pendorong utama reli harga Bitcoin tahun lalu dan mereka berpengaruh dalam kenaikan harga di atas USD 100.000,” ucap analis Nikolaos, dikutip dari Tradingview.

Setelah gagal menembus harga USD 100.000, terjadi perlambatan investasi institusional. Dalam catatannya, penurunan  pasar berjangka Bitcoin dan Ethereum terjadi di Chicago Mercantile Exchange (CME).

Baca Juga: Umumkan akan Borong Bitcoin, MicroStrategy Siapkan Dana Rp32 Triliun

Terjadinya perlambatan investasi ini, disoroti adanya tren backwardation yang berkembang di mana harga spot melebihi harga berjangka.

Namun biasanya, pasar yang sehat melihat kontrak berjangka dihargai lebih tinggi daripada harga spot, karena ekspektasi pertumbuhan aset di masa depan.

Tetapi saat ini menjadi terbalik dan menunjukkan bahwa pelaku institusional ragu-ragu, dan kemungkinannya karena kurangnya peningkatan harga secara langsung.

“Ini perkembangan negatif dan indikasinya kelemahan permintaan. Penurunan permintaan sistematis dan berbasis momentum juga mempengaruhi pasar futures Bitcoin dan Ethereum,” kata analis JPMorgan itu.

Baca Juga: Tak Hanya Bitcoin, 4 Proyek Mata Uang Kripto Ini Dinilai Menjanjikan pada Februari 2025

Dugaan Manipulasi Pasar

Di luar perubahan sentimen dari investor institusional, kecurigaan lain karena pasar terus terpuruk adalah adanya manipulasi.

CEO Jan3, Samson Mow menyuarakan rasa khawatirnya saat mata uang kripto Bitcoin tak mampu menyentuh harga USD 100.000.

Menurutnya, investor besar (whale) menjual bahkan ketika investor ritel tengah melakukan dollar-cost averaging (DCA). Dugaan manipulasi ini bukan hal baru, sebab sejarah dari cryptocurrency diwarnai dengan dugaan manipulasi oleh para whale.

Baca Juga: Harga Bitcoin Hari Ini: Mata Uang Kripto Utama Alami Penurunan, Cadangan BTC Naik 8.000 Persen

Adanya arus masuk investor institusional bahkan membuat manipulasi harga ini lebih dimungkinkan dibanding siklus sebelumnya.

Meski terjadi tekanan harga, para analis tetap memprediksi bahwa Bitcoin akan mampu menembus USD 150.000 pada kuartal kedua tahun 2025.

Berita Terkait
News Update