Presiden Prabowo Subianto mengemukakan bahwa dirinya tidak perlu malu untuk mengakui banyak belajar politik dari Presiden ke-7 RI, Joko Widodo.
Hal ini sering dinyatakan dalam berbagai kesempatan, termasuk dalam acara Kongres Muslimat NU, di Surabaya, Senin, 10 Februari 2025.
“Jadi memang kalau soal politik ya saya belajar dari Pak Jokowi, enggak usah malu malu lah,” kata Prabowo.
Merespons pengakuan Presiden Prabowo, Jokowi malah mengatakan bahwa dirinyalah yang banyak belajar politik dari Prabowo. Saling belajar. Ketika ditanya, apa saja yang dipelajari dari Prabowo, Jokowi mengatakan banyak.
Banyak pihak menilai pernyataan Prabowo yang mengaku banyak belajar politik dari Jokowi, mencerminkan sikap pemimpin yang rendah hati, bukan tinggi hati.
Begitu juga respons Jokowi yang juga mengakui bahwa dirinyalah yang belajar politik dari Prabowo, juga cermin menghargai orang lain, bukan merendahkan orang lain.
“Saling belajar itu memang kata yang bijak diungkapkan,” kata bung Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan bang Yudi.
“Dengan menyebut saling belajar memberi sinyal tidak ada yang merasa dirinya hebat atau lebih hebat dari yang lain, tetapi setara,” tambah Yudi.
“Betul. Tidak seperti kalian baru mengajari sedikit ilmu kepada teman saja, sudah bilang, dia itu murid saya. Kemana – mana bilang, dia hebat dulu belajar dari saya. Itu namanya sombong,” kata Heri.
“Ngasih ilmu itu ibadah. Apalagi kalau ilmu yang kau berikan diamalkan dan bermanfaat bagi banyak orang. Mestinya kamu bersyukur, bukan malah takabur dan sombong,” jelas mas Bro.
“Sikap rendah hati memang sangat dibutuhkan dalam membangun kebersamaan,” ujar Heri.
“Sikap rendah hati itu selalu merunduk, bukan mendongak,” kata Yudi.
“Orang tua kita dulu sering mengajarkan agar senantiasa meneladani perlambang tanaman padi. Semakin berisi semakin merunduk, sedangkan yang tengadah adalah kosong alias kosong,” kata mas Bro.
“Maknanya mengajak kita semua untuk selalu merunduk, tetap rendah hati, meski kaya ilmu, kaya harta , kaya akan jabatan dan kekuasaan dan kaya akan segala-galanya,” tambah mas Bro.
“Kita semakin tahu persis siapa sejatinya pemimpin yang selalu bersikap rendah hati, “ kata Heri.
“Filosofi Jawa pun mengajarkan "Ojo rumongso biso,nanging dadio kang biso rumangsa” - jangan merasa bisa, tetapi jadilah bisa merasakan atas kemampuan orang di sekitar kita. Nasihat ini meminta kita untuk bisa menempatkan diri, tahu diri dan selalu rendah hati,” ujar mas Bro.. (Joko Lestari).