Sanin, salah satu nelayan di Segarajaya, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, menceritakan dampak yang dirasakannya setelah ada pagar laut, Selasa, 11 Februari 2025. (Sumber: Poskota/Ihsan Fahmi)

SUDUT KOTA

Beratnya Nelayan Paljaya Bekasi, Penghasilan Menurun Akibat Pagar Laut

Rabu 12 Feb 2025, 11:44 WIB

BEKASI, POSKOTA.CO.ID - Raut wajah lesu Sanin tak bisa disembunyikan lagi. Kulit cokelatnya itu menjadi saksi hidup mengais rezeki dengan mencari ikan di laut wilayah Desa Segarajaya, Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Nelayan berusia 68 tahun itu tampak sedang termenung di atas perahu kayu berukuran panjang empat meter miliknya, yang ditambatkan di pesisir Kampung Paljaya. Jari-jemarinya lihai merapikan jaring ikan setelah ditebar ke tengah laut yang sedang hangat dibicarakan banyak orang.

"Iya baru selesai melaut. Tangkapannya cuma dapat sedikit," kata Sanin saat ditemui Poskota di lokasi, Selasa, 11 Februari 2025.

Perlahan-lahan, Sanin membuka obrolan, hingga melontarkan kegelisahan yang selama dirasakan akibat pagar laut. Setiap pulang melaut, dia resah karena pendapatan dari hasil tangkapan ikannya selalu saja menurun. Pikiran pun semakin berkecamuk ketika hasil tangkapan tak sebanding dengan modal yang dikeluarkan.

Baca Juga: Hilang Wangi Pasar Bunga Rawa Belong: Pedagang Memilih Jualan di Pinggir Jalan 

"Saya sudah dua bulan enggak dapat tangkapan besar. Sejak ada baro (pagar bambu) di sini, saya susah," ujarnya.

Pendapatan hasil melaut yang kecil, bukan berarti dia tidak mensyukuri. Namun, Sanin harus memutar otak agar tetap mampu memenuhi kebutuhan keluarganya. Tak jarang, jika dia pulang tanpa membawa hasil laut, sang istri menghujaninya dengan omelan.

"Sekarang (sejak ada pagar laut), kalau pulang (setelah melaut), bini pasti ngomel. Gara-gara laut di pagar jadi begini," ujar dia.

Sanin mau tak mau harus menerima nasib buruk akibat pagar laut. Keringat demi keringat yang dia peras saat melaut, seolah tak berpihak dengan hasil yang ia dapati. Belasan jam dirinya menebar ikan di perairan Paljaya, hanya 2,5 kilogram tangkapan ikan yang diperoleh. Dengan jumlah segini, ia hanya mendapatkan Rp40 ribu.

Baca Juga: Jegal Aksi Begal di Depok sebelum Terlambat

"Cuma dapat dua kilogram enam ons. Hasil melaut dari Isya sampai tadi jam 9 pagi. Hasil tangkapan yang kita jual cuma dapat Rp40 ribu," katanya.

Jumlah pendapatan itu tak mampu menutup pengeluaran yang ia keluarkan selama berlayar mencari ikan. Sanin mengatakan, dia bersama nelayan kecil lainnya harus menyiapkan setidaknya lima liter bensin pertalite untuk pergi melaut.

Harga bensin per liter yang dia beli dari warga sekitar Rp12 ribu. Selain bahan bakar, ia perlu menyiapkan makan dan lauk-pauk serta sebungkus rokok. Jika ditotal, pengeluaran yang dia keluarkan untuk melaut mencapai Rp100 atau Rp120 ribu per hari. "Belum rokok, bensin itu. Semua minus, enggak sebanding antara pendapatan dan pengeluaran," ujarnya.

Selama dua bulan terakhir, pendapatannya turun drastis 50 persen. Sepekan lalu, pria dengan empat anak itu sempat menggadaikan motor miliknya ke salah satu bank emok untuk mendapatkan uang Rp1 juta. "Sampai gadai motor, ya cuma sejuta, buat itu (makan dan kehidupan sehari-hari)," ujarnya.

Pagar laut yang terbuat dari bambu dengan urukan tanah itu sudah ada sejak tahun lalu. Pagar itu dibangun oleh PT. Tunas Ruang Pelabuhan Nusantara (TRPN). Rupanya, berdasarkan keterangan yang diperoleh Poskota, pagar laut di utara Kabupaten Bekasi menjadi cikal bakal proyek pelabuhan berdasarkan rencana awal perusahaan. Namun, karena polemik yang terjadi, pagar laut tersebut dipastikan akan dibongkar.

Kawasan Paljaya Tarumajaya, kata dia, kaya akan dengan hasil lautnya. Terutama ikan bandeng, mujair, blanak, kedukang, sembilang, udang, kepiting dan rajungan ada di sana. Di sisi lain, keberadaan pagar laut menyulitkan nelayan mendapatkan ikan. Sebab ikan-ikan itu justru menghindar dan berenang ke arah lain.

"Sekarang kalau melaut ya harus memutar dulu, kan ada pagar, ikan terhalang gara-gara pagar," ujarnya.

Selain keberadaan pagar laut, para nelayan dihadapi dengan cuaca ekstrem yang tak menentu. Ia harus menghitung konsekuensi, terlebih saat hujan deras tiba. "Kalau perahu kita ke pinggir, perahu kita kena pagar. Kalau kita melaut, kita dihadapi ombak gede, serba salah," ucapnya.

Sanin berharap, pagar laut itu segera dibongkar. "Hasil laut biarkan kembali ke laut lagi, menjadi normal," kata dia.

Tags:
Kabupaten Bekasipagar lautnelayan

Ihsan Fahmi

Reporter

Umar Mukhtar

Editor