JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Setiap pagi, Nisa, seorang siswi SDN Nanggala, dengan langkah hati-hati melintasi jembatan gantung yang sudah rusak parah.
Jembatan itu menghubungkan Kampung Sukajaya dengan dunia luar, tempat ia bersekolah di Desa Nanggala, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang.
Meski usia Nisa baru 9 tahun, ia sudah akrab dengan rasa takut yang menggelayuti setiap langkahnya di atas jembatan yang sudah nyaris putus.
Jembatan gantung sepanjang 30 meter ini, yang seharusnya menjadi penghubung aman bagi warga dan anak-anak sekolah, kini menjadi sebuah ujian keberanian. Bagian-bagian jembatan yang rapuh dan tali seling yang sudah putus semakin memperburuk kondisinya.
Baca Juga: Merawat 900 Kucing Terlantar di Jalanan, Berbagi Kepedulian Sesama Makhluk
Setahun lalu, tanah longsor dan banjir merusak jembatan ini. Namun, tanpa perbaikan berarti, kerusakan semakin parah dan menambah kecemasan warga.
"Setiap hari kami melintasi jembatan ini ketika hendak pergi sekolah. Iya, takut jatuh, karena bangunannya sudah banyak yang rusak. Semoga saja bisa cepat diperbaiki," kata Nisa dengan suara penuh kecemasan, Rabu (5/2).
Bagi Nisa dan teman-temannya, jembatan gantung yang seharusnya menjadi jembatan kehidupan kini menjadi sumber ketakutan. Bukan hanya bagi mereka, tetapi juga bagi seluruh warga Kampung Sukajaya.
Herman Kidong, salah seorang warga setempat, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap jembatan yang kini semakin rapuh. "Kami khawatir jika tidak segera diperbaiki, jembatan ini bisa ambruk kapan saja," ujarnya.
Baca Juga: Yonih Meninggal setelah Tenteng Gas dari Pangkalan
Jembatan gantung tersebut bukan hanya menghubungkan Kampung Sukajaya dengan desa sekitar, tetapi juga menjadi jalur utama bagi para pelajar, termasuk Nisa, untuk menuju sekolah.
Tanpa jembatan ini, tak ada jalan lain yang dapat dilalui. Bahkan, meski mengetahui bahaya yang mengancam, mereka terpaksa melintasi jembatan setiap hari. "Kami tidak punya pilihan lain. Meskipun takut, kami harus melaluinya untuk pergi ke sekolah," ujar Nisa, merangkai kata-kata yang penuh dengan keteguhan hati.
Namun, bukan hanya anak-anak yang merasakan kecemasan. Herman, yang sudah lama tinggal di sana, mengaku bahwa setiap kali melihat anak-anak menyeberangi jembatan, dia merasa cemas. "Kami semua khawatir kalau jembatan ini ambruk saat dilintasi anak-anak. Itu yang membuat kami selalu dihantui rasa takut," katanya.
Meski kerusakan ini sudah berlangsung setahun, perbaikan belum juga datang. Warga berharap, pemerintah daerah maupun provinsi segera mengambil tindakan untuk memperbaiki jembatan gantung ini. "Kami harap jembatan ini bisa segera diperbaiki supaya kami tidak terus-terusan merasa was-was," ucapnya.
Situasi yang dihadapi warga Kampung Sukajaya, terutama anak-anak sekolah, menggambarkan betapa pentingnya infrastruktur yang aman bagi kehidupan sehari-hari. Sebuah jembatan yang seharusnya menjadi simbol penghubung antara masyarakat dan kemajuan, justru menjadi sarana yang mengancam keselamatan mereka.
Di balik ketegaran Nisa dan teman-temannya yang tetap berangkat ke sekolah meski dengan rasa takut, ada harapan agar kondisi ini segera berubah. Harapan akan perbaikan yang tidak hanya sekadar membangun kembali jembatan, tetapi juga memberikan rasa aman dan nyaman bagi warga dan anak-anak sekolah di sekitar Kampung Sukajaya.