BOGOR, POSKOTA.CO.ID - Kucing adalah hewan yang gampang ditemukan di lingkungan sekitar, baik di rumah maupun di jalanan. Hewan lucu nan menggemaskan itu banyak dipelihara oleh orang-orang, baik di perkampungan atau di perkotaan. Namun antara kucing peliharaan dengan kucing jalanan memiliki kehidupan yang sangat berbeda, bak langit dan bumi.
Kucing jalanan sepanjang hidupnya harus mencari makanan dan tempat berlindung sendiri. Selain sering mencari makanan dari tumpukan sampah, kucing jalanan juga rentan mengalami kecelakaan dan kekerasan sering kali dilakukan oleh manusia. Namun di Yayasan Rumah Kucing Parung, semua kucing jalanan bisa hidup ceria, sehat dan mendapatkan kasih sayang manusia.
"Di sini ada 1.000 kucing yang kami tampung dan 90 persen di antaranya kucing-kucing jalanan. Karena kucing-kucing di jalanan yang membutuhkan perlindungan dan makanan untuk bertahan hidup, kalau kucing rumah pasti ada yang ngurus," ujar Dita Prisianti Agusta, 50 tahun, pemilik Yayasan Rumah Kucing Parung, Selasa, 4 Februari 2025.
Shelter kucing yang berlokasi di Jalan Pasir Naga, Kelurahan Pabuaran, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor itu memiliki luas seukuran lapangan basket. Untuk mengurus seribuan kucing dari berbagai latar belakang itu Dita memperkerjakan 12 karyawan. Setiap hari para 'anabul' diberi makan sehari satu kali untuk makanan basah dan untuk makanan kering selalu tersedia setiap saat.
Baca Juga: Pria Tembak Mati Kucing di Kelapa Gading Ditetapkan Jadi Tersangka
Dari jalan Yayasan Rumah Kucing Parung terlintas seperti rumah biasa, tapi siapa sangka di dalamnya hidup seribu lebih kucing dari berbagai usia. Saat masuk aula dalam atau ruang terbuka suara kucing terdengar saling bersahut-sahutan. Tidak jarang kucing yang mendekat dan menggesek-gesek kepalanya seolah-olah mengajak bercengkerama.
Beberapa pekerja sedang memeriksa wadah makanan kering, dan mengisinya jika habis. Kemudian pekerja lainnya ada yang sedang membersihkan telinga, dan memeriksa kebersihan kucing. Sementara Dita sendiri bersama dua pegawai lainnya, ada di rumah sebelah yang digunakan sebagai tempat transit kucing yang baru saja datang.
"Kita taruh di sini dulu kalau yang baru datang yang belum steril. Karena kan kalau langsung kita campur dengan lainnya takut tidak bisa berbaur. Termasuk kucing yang cacat, kakinya nggak ada, punya penyakit saraf kita pisah," kata Dita.
Di bawah perlindungan dan perhatiannya, kucing-kucing yang dulunya terlantar, bahkan ada yang sakit parah, kini tampak sehat dan lincah. Bagi Dita, dapat menyelamatkan nyawa seekor kucing menjadi kepuasan tersendiri. Sudah tak terhitung lagi berapa kucing terlantar yang diselamatkan dari jalanan dan ditampung di shelter miliknya.
"Tentu saja tanpa bantuan para donatur yang berhati mulia saya dan suami tidak mungkin bisa sejauh ini. Biaya operasi dan perawatan saja kalau kita nemu di jalan ada kucing ketabrak dan harus diamputasi misalnya itu bisa Rp6-7 juta," ungkapnya.