POSKOTA.CO.ID - Setiap hari banyak pelaku kejahatan siber yang menargetkan orang-orang di internet secara global untuk menipu dan mencuri data pribadi. Aksi tersebut dikenal dengan istilah skema Pig Butchering atau penyembelihan babi.
Aksi ini dilakukan melalui pesan teks, aplikasi kencan, media sosial dan email. Para pelaku mencoba menipu targetnya untuk melakukan investasi, pencurian data pribadi dan aktivitas kejahatan lainnya.
Di Indonesia praktik investasi bodong ini pernah terjadi sebutlah platform FEC, Jombingo dan lainnya yang telah merugikan banyak masyakat hingga akhirnya ditindak serta dibekukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2023 lalu.
Selain itu, peristiwa penipuan lainnya yang sempat geger di pertengahan tahun 2024 yaitu Smart Wallet, di mana korban diminta berinvestasi pada koin kripto dan diberikan janji dapat menarik kembali keseluruhan uangnya jika terus menambah nilai investasinya. Pada akhirnya situs web tersebut dibekukan oleh OJK dan aktivitas rekeningnya diblokir.
Rata-rata aksi penipuan yang terjadi ini dimulai dari media sosial, kemudian berpindah ke website atau aplikasi, dan mulai menyetorkan sejumlah uang, serupa dengan skema Pig Butchering.
Apa Itu Pig Butchering?
Berdasarkan laporan dari Meta, aksi penipuan ini mengerikan sekaligus canggih karena membangun hubungan personal dengan target secara online. Hal itu dilakukan untuk memanipulasi korban agar menyetor sejumlah uang.
Seringkali aksi penipuan ini menggunakan mata uang kripto atau mata uang fiat dengan iming-iming investasi dan sejenisnya, hingga pada akhirnya korban kehilangan seluruh uangnya.
Siapa Dibalik Aksi Pig Butchering?
Meta menjelaskan jika kelompok penipuan ini muncul saat pandemi covid-19 di kawasan Asia Pasifik.
Dalam laporannya, terdeteksi jika pusat penipuan skema Pig Butchering ini ada di Asia Tenggara dan mulai bermunculan di negara seperti Laos, Myanmar serta Uni Emirat Arab.
“Pada akhir tahun 2023 64 miliar USD dicuri di seluruh dunia, dan diperkirakan 300.000 orang dipaksa melakukan penipuan terhadap orang lain di seluruh dunia,” keterangan dari Meta.
Bagaimana Aksi Penipuan Ini Berjalan?
Aksi penipuan ini merambah banyak sektor, mulai dari penipuan mata uang kripto, perjudian, pinjaman dan investasi hingga penipuan dengan menyamar sebagai entitas pemerintah atau instansi lainnya.
Modus para kriminal ini mengandalkan layanan internet dan telekomunikasi, kemudian berpura-pura sebagai wakil dari suatu instansi atau tokoh masyarakat, dan dalam kasus aplikasi kencan mereka mencitrakan diri sebagai seorang lajang yang menarik.
Setelah berhasil menggaet korban, pelaku akan mengajak berpindah ke sebuah situs web atau platform investasi yang dikendalikan oleh kelompoknya.
Agar membuat percaya korban, penipu memperbolehkan korban menarik uang dalam jumlah kecil. Tetapi ketika korban tidak lagi melakukan investasi, pelaku akan pergi ke luar negeri dan membawa semua uang milik korban.
Meta Hapus Lebih dari 2 Juta Akun Terkait Penipuan
Meta memantau aktivitas penipuan di platformnya baik Facebook, Instagram, WhatsApp sesuai dengan kebijakan Dangerous Organization dan Individuals (DOI).
Di tahun 2024, Meta menghapus lebih dari dua juta akun yang terkait penipuan di wilayah Kamboja, Myanmar, Laos, Filipina, dan Uni Emirat Arab.
Untuk mengantisipasi terjadinya penipuan, Meta pun merilis sebuah fitur untuk membantu melindungi pengguna dari siasat penipu yang diketahui dalam skala besar.
Misalnya, menampilkan peringatan di Messenger dan DM Instagram yang mengingatkan pengguna untuk mewaspadai potensi interaksi mencurigakan dari orang yang tidak dikenal, sehingga dapat dilakukan tinjauan ulang sebelum menerima permintaan pesan.
Kemudian di WhatsApp, apabila tiba-tiba ditambahkan ke obrolan grup oleh seseorang yang tidak dikenal, kini pengguna dapat melihat informasi terkait grup tersebut seperti siapa yang mengundang, kapan grup dibuat dan siapa pembuatnya.
“Fitur ini akan diluncurkan di seluruh aplikasi dan masih banyak lagi yang akan menyusul di masa mendatang,” bunyi keterangan Meta.
7 Tips untuk Mengenali Penipuan dan Tetap Aman Saat Online di Media Sosial
Berikut ini sejumlah tips untuk mengenali aktivitas penipuan dan tetap aman saat menggunakan layanan internet yang dikutip dari keterangan Meta pada Sabtu, 23 November 2024, antara lain:
- Menambah ekstra perlindungan dengan menggunakan autentikasi dua faktor (2FA)
- Menggunakan verifikasi wajah untuk pengamanan akses ke akun-akun pengguna
- Waspada pada penipuan yang berpura-pura menjadi entitas pemerintah atau instasi lainnya
- Melakukan verifikasi bila mendapatkan tawaran dari sumber tidak tepercaya
- Waspada terhadap iklan selebriti palsu
- Waspadalah terhadap penipuan asmara yang menggunakan profil palsu untuk meminta uang
- Waspadai penipuan ritel yang meniru merek tepercaya
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.