POSKOTA.CO.ID - Pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah menyebut pemerintah harus turun tangan menangani kenaikan harga Minyakita di pasaran.
Trubus menilai, kenaikan harga minyak di pasaran berkaitan dengan perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru) yang sudah semakin dekat.
Di samping itu, Trubus berujar kenaikan harga juga dipengaruhi faktor permintaan minyak yang cukup tinggi.
"Kenaikan harga ini kan ada kaitannya sama natal, biasanya kan begitu. Jadi harusnya pemerintah turun tangan buat kebijakan subsidi, operasi pasar. Itu yang harus dilakukan pemerintah" kata Trubus lewat sambungan telepon, Kamis, 21 November 2024.
Menurutnya, kenaikan harga minyak terjadi saat daya beli masyarakat rendah. Pemerintah, katanya, bisa memulai intervensi dengan menerapkan subsidi, pemotongan pajak, hingga operasi pasar.
"Nah ini kesempatan pemerintah intervensi, ini kan udah mau Desember. Bentuk intervensi dari subsidi, kemudian operasi pasar, kemudian pemotongan pajak. Pajak barang jasa misalnya diturunkan supaya masyarakat ada daya beli," ungkapnya.
Salah seorang pedagang di Pasar Tomang Barat, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, Yanto (60) mengatakan harga MinyaKita dari Rp16 ribu menjadi Rp17 ribu.
"Sangat-sangat dikeluhkan, situasi dan kondisinya lagi lesu, barang naik," kata Yanto kepada Poskota.co.id di lokasi, Kamis, 21 November 2024.
Yanto mengaku prihatin dengan kondisi saat ini. Menurutnya, harga naik ketika daya beli masyarakat rendah.
"Saya sebagai pedagang saya juga ngeluh. Untuk saat ini karena daya beli turun, daya beli turun terus ada kenaikan harga. Jadi prihatin," tuturnya.
Seorang pembeli, Yuli (58) mengatakan terpaksa tetap membeli MinyaKita karena kebutuhan. Pasalnya, harga minyak curah masih mahal.
"Ya iyalah (ngeluh), kan aturannya murah jadi mahal. Tapi mau gak mau beli," ungkap Yuli.
Ibu rumah tangga yang sehari-hari berjualan nasi uduk itu tidak menaikan harga dagangannya meski harga minyak sedang naik.
"Enggak dinaikin, ya biasa aja sih, saya enggak naikin harga" ucapnya.
Ia mengaku sempat menaikkan harga dagangan ketika harga bahan pokok melambung tinggi. Namun, langkah itu justru diprotes konsumen tetap.
"Kalau yang beli yang cuma lewat terus beli, mungkin gak protes. Tapi yang udah biasa beli, yang tau harga, itu protes. Makanya gak saya naikin," imbuhnya.
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.