“Selama masih ada keangkuhan institusinya yang paling hebat, kuat, berkuasa, dan paling menentukan.Sepanjang masih ada konflik kepentingan,, maka kerja sama membangun bangsa dan negara, akan terkendala.”
-Harmoko-
Mari bersama membangun negeri dengan menyingkirkan segala bentuk permusuhan, perpecahan, keterbelahan dan pertengkaran yang berkepanjangan.Tinggalkan pula rasa saling curiga sesama anak bangsa, meski berbeda latar belakang dan dukungan politik. Itulah ajakan Presiden Prabowo Subianto dalam berbagai kesempatan.
Ini bisa kami maknai sebagai ajakan kebaikan untuk kemajuan kita bersama, seluruh anak negeri, tanpa terkecuali.
Ajakan membangun kebersamaan bukannya tanpa alasan. Fakta tidak terbantahkan bahwa dalam satu dekade terakhir, terjadi pembelahan sosial di masyarakat akibat pemilihan umum, yang berawal dari bela pilihan dan dukungan.
Kondisi yang semacam ini harus segera diakhiri, mengingat tantangan persoalan bangsa ke depan semakin berat dan kompleks. Belum lagi, ketidakstabilan ekonomi dan geopolitik internasional yang dapat menambah tingkat kerawanan sosial hingga beberapa tahun depan.
Ada satu kunci, selain sejumlah kunci pendukung lainnya, untuk mencegah situasi kian terpuruk, yakni politik kolaborasi. Ayo tinggalkan kompetisi/rivalry/permusuhan, mari menuju kolaborasi.
Kita kenal istilah politik merangkul, itu sudah tergambar dalam postur Kabinet Merah Putih yang dibentuk Presiden Prabowo.
Kabinet itu pun mencerminkan adanya kolaborasi sebagai babak baru era pemerintahan baru.
Yang dibutuhkan kemudian adalah paradigma kolaborasi harus menjadi inspirasi dalam setiap gerak langkah masyarakat dan pemerintah. Kolaborasi harus menjadi karakter kerja masyarakat dan pemerintahan saat ini.
Paradigma kolaborasi harus menjadi tatanan baru dalam menyelesaikan permasalahan pembangunan yang semakin beragam, sulit dan rumit.
Poin pentingnya adalah menjadikan keutuhan bangsa di atas kepentingan individu, golongan, partai politik dan kekuasaan guna membentangkan harapan besar kian kokohnya persatuan dan kesatuan bangsa.
Poin lainnya, menyadari bahwa perbedaan atau keberagaman adalah keniscayaan yang harus dijadikan kekuatan menyatukan seluruh elemen bangsa.
Itulah sebabnya dibutuhkan kerja sama tanpa prasangka, dan jauh dari rasa curiga.Kolaborasi yang didalamnya terjalin interaksi, serta adanya kompromi beberapa elemen yang terkait individu, lembaga dan kekuasaan.
Nilai-nilai yang mendasari sebuah kolaborasi adalah adanya kesamaan persepsi, kesamaan tujuan, kemauan untuk berproses, dan saling memberikan manfaat, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.
Membangun kolaborasi tak boleh setengah hati, hanya solid di tataran rumusan dan koordinasi kebijakan, tetapi melenceng dalam pelaksanaan di lapangan. Tujuan program diberikan kepada mereka yang berhak menerimanya, tetapi nyangkut alis nyasar kepada orang lain.
Artinya kolaborasi tak hanya tercermin dalam tataran kebijakan semata, namun jauh dari kenyataan di lapangan.Karenanya dalam kolaborasi wajib menyingkirkan ego sektoral dari berbagai pemangku kepentingan.
Selama masih ada keangkuhan institusinya yang paling hebat, kuat dan berkuasa, dan paling menentukan, maka kolaborasi sulit terkonsolidasi. Selama masih ada konflik kepentingan, maka kolaborasi dalam artian kerja sama membangun bangsa dan negara, akan terkendala.
Itulah perlunya kesadaran tinggi bahwa kepentingan rakyat di atas segalanya, di atas kepentingan pribadi, kelompok, pejabat dan kerabatnya. Itu pula yang menjadi komitmen Presiden Prabowo Subianto.
Kami meyakini, para pejabat negeri di era pemerintahan sekarang ini, akan mendarmabaktikan hidupnya untuk bangsa dan negara demi mewujudkan keadilan dan kemakmuran rakyat sebagaimana tujuan negeri ini didirikan.
Ini sejalan dengan harapan rakyat agar pemimpin di tingkatan mana pun, selain berbudi luhur, jujur, cerdas dan berwawasan luas, juga tidak punya pamrih untuk kepentingan dirinya sendiri.
Era sekarang selain dibutuhkan sikap bijak, perlu gerak cepat melalui atraksi politik “mrantasi gawe” – mampu menuntaskan semua masalah dengan cepat dan bermanfaat, tanpa menimbulkan masalah baru. Tidak menyakiti hati rakyat, tetapi membuat rakyat ceria.
Bekerja secara tulus ikhlas membangun kehidupan yang tertib, aman, nyaman, adil dan makmur. Rakyat menikmati kehidupan yang sejahtera, murah sandang, pangan dan papan. Tersedia lapangan pekerjaan, terpenuhi pendidikan dan kesehatan serta masa depan begitu cerah. Pepatah Jawa bilang “Wong cilik iso gumuyu” – orang kecil bisa tertawa. (Azisoko).
Dapatkan berita dan informasi menarik lainnya di Google News dan jangan lupa ikuti kanal WhatsApp Poskota agar tak ketinggalan update berita setiap hari.