MAKAN tak sebatas menjadi kenyang. Selain tepat waktu, menu makanan yang kita konsumsi juga harus penuh dengan gizi. Begitu pun makan siang, tak sekadar perut terasa kenyang, tetapi harus dibarengi dengan pemenuhan gizi seperti diharapkan. Itu pula mengapa program makan siang dan susu gratis dikoreksi namanya menjadi “makan bergizi gratis.”
“Biar jelas makan siang tidak sekadar makan di waktu siang hari.Banyak nasi, tetapi sedikit lauk seperti kita ini,” kata Heri mengawali usai makan siang (maksi) bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi di warteg langganan.
“Kalau maksi kita untuk memenuhi kebutuhan, gizi nomor dua, yang penting perut kenyang. Soal lauk disesuaikan,” kata Yudi.
“Bilang saja karena mau ngirit, makanya banyakin nasi. Nasi nambah, kuah nambah, lauk tetap. Kalau mau ngirit lagi ikut program makan bergizi gratis.
Sudah bergizi, gratis lagi. Boleh jadi lebih bergizi dari yang kita makan,” ujar Heri.
“ Kita nggak termasuk warga miskin yang dapat jatah makan bergizi gratis. Maka jangan ambil haknya orang lain,” kata Yudi.
“Setuju.Meski hidup kita masih pas – pasan, tetapi jangan lantas mengambil sesuatu yang telah menjadi hak orang lain,” ujar Heri
“Betul. Meski hidup kita masih tergolong susah, tetapi masih yang lebih susah di bawah kita, Karenanya, lebih baik ulurkan tangan membantu mereka, bukan malah mengambil hak mereka,” urai Yudi.
“Orang seperti kalian inilah yang berhati mulia. Menerapkan filosofi nrimo ing pandum, tidak serakah,” kata mas Bro.
“Program makan bergizi gratis juga perbuatan mulia. Begitu juga program lain yang bertujuan mengentaskan kemiskinan, menyehatkan masyarakat, meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” kata Heri.
“Sesuatu yang bertujuan meningkatkan kebaikan, meningkatkan penghidupan yang lebih layak adalah perbuatan mulia.Tetapi menjadi tidak mulia, jika program itu diselewengkan, anggaran dikorupsi,’ kata mas Bro.
“Terlalu kalau sampai ada yang melakukan korupsi terhadap anggaran makan bergizi gratis.Bagaimana kalau kita menjadi sukarelawan, pengawas independen atas program makan bergizi gratis?,” kata Yudi.
“Usulan boleh saja. Sebagai teman, usulan ditampung,” kata Heri. (Joko Lestari)