ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Pakar telematika Roy Suryo menyebut, Sistem Informasi Rekapitulasi (Sirekap) besutan Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI tidak layak digunakan karena adanya kesalahan Terstruktur, Sistematis, dan Massif (TSM) pada sistem tersebut.
“Ada sejumlah kejanggalan yang membuat Sirekap tidak pantas digunakan,” kata Roy saat berbicara dalam Forum Penyelamat Reformasi Demokrasi Indonesia di Jakarta, Kamis (29/2/2024).
Roy mengatakan, kejanggalan pertama pada Sirekap KPU pada Pemilu 2024 ini, yakni berulang kali mengalami perubahan ketika sudah dijalankan.
Ibarat permainan sudah dimulai, perangkat lunak diperbarui. Sirekap yang diunduh Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) tidak sama, karena mengalami perubahan sebanyak sepuluh kali.
“Artinya, sistem ini tidak layak digunakan untuk dipertaruhkan kemajuan bangsa,” ujarnya.
Sementara kejanggalan kedua, menurutnya, Sirekap seolah-olah diretas saat hari pencoblosan pada Rabu (14/2/2024).
“Sebenarnya bukan di-hack tapi dimatikan, karena kepentingan untuk memasukkan program tersembunyi. Pada pukul 19.00 WIB ditabulasi Sirekap muncul persentase seperti quick count,” lanjutnya.
Adapun perolehan suara paslon nomor 1 sebesar 24%, paslon nomor 2 memperoleh 58%, dan paslon nomor 3 mencapai 17%. Roy mengungkapkan, belum ada data dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang masuk pada pukul 19.00 WIB saat hari pencoblosan.
“Saya ada buktinya. Saya backup data-data Sirekap. Saya pertanggung jawabkan itu semua,” tegasnya,
Roy mengatakan, Sirekap sengaja di-hold pada hari pencoblosan, guna memasukkan script agar semua data yang keluar, masuk ke dalam perhitungan menjadi 24%, 58%, dan 17%.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT