RABU legi (14 Februari 2024) kemarin menjadi hari dan tanggal bersejarah bagi bangsa Indonesia. Menambah catatan sejarah perpolitikan negeri kita.
Mengapa? Jawabnya pada tanggal tersebut rakyat Indonesia yang mempunyai hak pilih, mendatangi 823.220 TPS (tempat pemungutan suara) yang tersebar di seluruh Indonesia, untuk menentukan nasib bangsanya, lima tahun ke depan.
Hujan deras di sejumlah daerah, tidak menurutkan warga untuk memilih pasangan presiden dan wapres, serta para wakil rakyat untuk menduduki kursi anggota dewan.
“Saya sudah plong, dapat menyalurkan hak pilih sesuai hati nurani, tanpa ada paksaan dan intimidasi,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Saya juga sudah lega, telah mencoblos calon yang saya idolakan?,” kata Yudi.
“Kalau kamu gimana Bro?,” tanya Heri kepada mas Bro.
“Iya sama saja. Telah mencoblos. Satu suara sangat berharga. Dan, yang saya lihat antusias masyarakat untuk mendatangi TPS patut diacungi jempol. Hujan deras di daerah saya tidak menjadikan halangan,” jawab mas Bro.
“Sama di tempat saya juga hujan deras. Di luar tenda TPS bagaikan parade payung yang dipakai warga mendatangi TPS,”kata Heri.
“Eh.. ngomong – ngomong kalian pilih pasangan nomor berapa?,” tanya Yudi.
“Wah kalau soal pilihan itu rahasia, nggak bisa disebarluaskan. Kepada anak istri saja, nggak diomongin, apalagi kepada orang lain.,” kata mas Bro.
“Rahasia kan saat di bilik suara, kalau sekarang kan bukan rahasia lagi,” kata Yudi.
“Sebaiknya tetap menjadi rahasia pribadi.Jika dibuka dikhawatirkan menimbulkan ketersinggungan akibat beda pilihan, beda nama yang dicoblos.
Ujung-ujungnya perselisihan. Situasi kurang kondusif,” kata mas Bro.
“Beda pilihan politik sah-sah saja, dalam satu rumah sekalipun,” kata Yudi.
“Tidak semua orang bijak menghargai perbedaan.Tak sedikit menjadi renggang karena beda pilihan.Bahkan, memperdebatkan perbedaan itu yang berujung perselisihan,” kata mas Bro.
“Oke Bro. Ketimbang kita berseteru, mending kita rahasiakan, siapa yang sudah kita coblos ya. Tos dulu dong,” kata Heri. (joko lestari).