ADVERTISEMENT

Jadi Korban Salah Tangkap Polisi di Cileungsi Bogor, Subur Diikat dan Dipaksa Mengaku

Minggu, 11 Februari 2024 14:22 WIB

Share
Jadi Korban Salah Tangkap Polisi di Cileungsi Bogor, Subur Diikat dan Dipaksa Mengaku (Foto: Tangkapan Layar)
Jadi Korban Salah Tangkap Polisi di Cileungsi Bogor, Subur Diikat dan Dipaksa Mengaku (Foto: Tangkapan Layar)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

BOGOR, POSKOTA.CO.ID - Pasangan Suami-istri (Pasutri) pedagang keripik di wilayah Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor jadi korban salah tangkap polisi.

Subur bersama istrinya menjadi korban salah tangkap terkait dugaan keterlibatan dalam aksi pencurian dengan pemberatan (curat) sebuah minimarket di wilayah Kecamatan Rancabungur, Kabupaten Bogor yang dilaporkan pada 15 Januari lalu.

Peristiwa salah tangkap tersebut dialami Subur dan istrinya pada saat hendak mengisi bahan bakar kendaraannya di SPBU Pasir Angin Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor pada Rabu (7/2) sekira pukul 11.08 WIB.

Yang mana menurut Subur peristiwa singkat yang membekas dalam ingatannya tersebut bermula pada saat ia mengantre di SPBU Pasir Angin, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu mobil yang dikendarainya.

"Saya gak tau itu anggota apa bukan, tapi dia ngeluarin senjata katanya saya dituduh sindikat perampokan kata orang-orang itu," ucap Subur, Minggu (11/2/2024).

Melihat Subur yang tak melakukan perlawanan, para anggota polisi ini pun menarik Subur keluar dari mobilnya.

"Terus tangan saya diikat, disitu saya berontak karena saya gak terima dituduh sindikat perampokan sama orang-orang itu," tegas Subur.

Pedagang keripik ini pun melawan dan enggan mengakui perbuatan yang tidak dilakukannya.

"Saya ngelawan karena saya diikat, tangan saya diikat di dalam mobil, terus saya dipaksa disuruh mengakui kesalahan saya, katanya saya nyolong sofa apa gimana gitu," paparnya.

Kejadian tersebut pun membuat Pasutri ini trauma, bahkan mereka sempat tak berjualan kripik karena masih dihantui rasa shock.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar ditutup untuk berita ini.

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT