Kata “Merah Marun” itu bukan warna baju atau warna lambang partai politik yang sekarang lagi masa kampanye pemilu 2024.
Merah Marun adalah singkatan dari Menebar Ramah Untuk Masyarakat Rukun, nama program kerukunan umat beragama di Jawa Tengah. Awalnya dicetuskan oleh Kanwil Kemenag Jawa Tengah, kemudian program ini dikembangkan, sehingga terbentuklah seksi kerukunan umat beragama sampai di tingkat RT/RW.
“Aku pikir warna merah itu lambang partai politik, tak tahunya singkatan. Boleh juga, patut dicontoh bikin singkatan yang unik dan menarik untuk program kerja,” kata Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Memangnya kalian mau bikin program apa, sekarang lagi musim kampanye,” kata Yudi.
“Programnya terkait dengan masa kampanye. Misalnya bagaimana menjaga kerukunan umat beragama,” kata Heri.
“Saya setuju. Kerukunan antar umat beragama harus kita perkuat, jangan sampai terkoyak hanya karena pemilu,” kata Yudi.
“Betul jangan karena beda dukungan dan pilihan, kita nggak saling tegur sapa dengan tetangga. Kalau ketemu melengos,” tambah mas Bro.
“Mestinya kita sadar bahwa perbedaan itu hal wajar. Beda parpol, beda pilihan dalam pemilihan umum harus dihormati.Bukankah kita diajarkan untuk menghargai perbedaan,” jelas Heri.
“Iya Bhinneka Tunggal Ika. Meski berbeda-beda, tetapi tetap satu dalam kesatuan yang utuh, NKRI,” tambah Yudi.
“Perbedaan adalah keniscayaan. Negeri kita sendiri dibangun atas keberagam baik suku, bahasa, budaya, hingga agama.Karenanya keberagaman hendaknya disyukuri, semakin dikuatkan,” urai mas Bro.
“Karena itu merawat dan menjaga keberagaman terus dilakukan, melalui berbagai program, di antaranya “moderasi beragama”,” kata Heri.
Seperti diberitakan, moderasi beragama terus digaungkan Kementerian Agama ( Kemenag) beberapa tahun terakhir, merupakan upaya menjaga keberagaman yang merupakan aset bangsa.
Dalam sebuah diskusi, Jubir Kemenag, Anna Hasbie, mengatakan melalui moderasi beragama,diberikan pemahaman kepada generasi muda tentang pentingnya menghargai perbedaan.
“Setuju Pak. Perbedaan harus dihargai, bukan untuk dipertentangkan, termasuk dalam situasi sekarang ini, perbedaan pilihan dalam pemilu,” urai mas Bro. (joko lestari).