“KALAU diadakan lomba lari, kalian pilih yang satu, dua atau tiga putaran?,” tanya Heri mengawali obrolan warteg bersama sohibnya, mas Bro dan Yudi.
“Kalau saya mau yang satu putaran, tenaga sudah loyo,” jawab Yudi.
“Kalau saya sih pilih yang dua putaran biar agak lamaan dikit,” kata ms Bro.
“Nah, kalau pilpres maunya yang mana, satu atau dua putaran,” kata Heri.
“Satu putaran saja biar langsung jos,” kata Yudi.
“Iya saya juga pilih yang satu putaran, langsung jadi,” ujar mas Bro.
“Kalau Ayu pilih yang mana?,”tanya Heri kepada Ayu Bahari, pengelola warteg.
“Kalau saya pilih yang terbaik,” jawab Ayu.
“Loh kamu sendiri pilih yang mana, jangan cuma nanya doang” tanya Yudi kepada
Heri.
“Saya pilih yang tiga putaran,” jawab Heri.
“Yang tiga putaran tidak diagendakan dalam pilpres. Yang sudah terjadwal pemungutan suara putaran pertama 14 Februari 2024. Putaran kedua, dijadwalkan 26 Juni 2024,” kata Yudi.
“Ya dibikin jadwal baru putaran ketiga, kalau dua putaran belum juga ada yang menang,” ujar Heri.
“Buat apa mas lama – lama. Kalau saya berharap sekali main langsung jadi, itu namanya cespleng. Irit waktu, tenaga dan biaya,” celatuk Ayu.
“Lama- lama kalau hasilnya nggak bagus juga, ya percuma,” jelas Yudi.
“Dengan sekali putaran, langsung menang, menunjukkan bahwa pemenangnya adalah mayoritas pilihan rakyat karena di atas 50 persen suara pemilih,” ujar mas Bro.
“Apa mungkin dengan tiga paslon capres – cawapres bisa menang dalam sekali putaran?,” tanya Heri.
“Sangat mungkin, jika paslon capres – cawapres yang maju menjadi representasi kehendak rakyat,” kata Yudi.
“Dengan sekali putaran menang, berarti pemenangnya merupakan pilihan mayoritas rakyat Indonesia. Mendapat dukungan lebih dari 50 persen pemilih,
meski terdapat tiga paslon.Ini bisa disebut menang mutlak,” urai mas Bro.
“Mestinya kandidat harus pede menang satu putaran dengan tiga paslon. Bukan menang satu putaran, jika hanya dua paslon,” kata Yudi. (Joko Lestari).