ADVERTISEMENT

IndoStrategic: Basis Dukungan Prabowo Kembali Menguat Pasca Bergabungnya Demokrat

Senin, 18 September 2023 09:48 WIB

Share
Direktur IndoStrategic Ahmad Khoirul Umam Khoirul Umam. (ist)
Direktur IndoStrategic Ahmad Khoirul Umam Khoirul Umam. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (IndoStrategic) Ahmad Khoirul Umam menyebut, beberapa waktu sebelumnya sejumlah elit Partai Demokrat menyampaikan ada preferensi arah dukungan kepada pencapresan Ganjar Pranowo yang dipimpin oleh PDIP. 

"Namun, kunjungan SBY dan AHY ke pertemuan elit koalisi Indonesia Maju menegaskan Demokrat sudah bulat mendukung pencapresan Prabowo Subiyanto. Sikap itu tampaknya didorong oleh beberapa hal," kata Khoirul Umam, Senin (18/9/2023).

Pertama,  katanya, masih buntunya komunikasi dua arah antara PDIP dan Partai Demokrat. Demokrat tampak kerepotan  mengakses komunikasi langsung dengan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri, yang menjadi veto player sekaligus penentu arah gerbong koalisi Ganjar. Konon ada barikade kuat di lingkaran Megawati yang membuat komunikasi politik PDIP kurang fleksibel. 

"Mungkin saja Megawati belum selesai dengan dirinya ketika menyikapi sejarah konflik politik masa lalu. Kondisi ini tentu berdampak serius pada cara pandang Demokrat yang menghendaki koalisi yang setara dan saling menghormati," ucapnya. 

Kedua, ucap Khoirul Umam,  berdasarkan data survei pasca berpisahnya Demokrat dari gerbong pencapresan Anies Baswedan, basis pemilih loyal Demokrat lebih banyak mendukung Prabowo ketimbang Ganjar Pranowo. 

"Hal itu menjadi bekal yang baik bagi Demokrat jika sewaktu-waktu memutar haluan dukungannya ke Prabowo, sehingga lebih minim guncangan dan turbulensi dalam mengarahkan pendukungnya," bebernya. 

Ketiga,  lanjutnya, Demokrat sering menempatkan dirinya pada basis paradigma politik "tengah-moderat", dimana spektrum tengah saat ini diklaim oleh tim Prabowo lebih merepresentasikan posisinya sekarang, di tengah PDIP sebagai pengusung utama Ganjar  yang telah mengklaim diri sebagai gerbong Kiri-Progresif dan Anies yang lebih kuat merepresentasikan kekuatan politik Islam. Karena itu, wajar jika Demokrat merasa tidak ada hambatan serius secara ideologis. 

"Tantangan Demokrat adalah bagaimana meletakkan konsep dan tagline perubahan untuk perbaikan yang mereka usung, agar bisa melebur dengan semangat keberlanjutan yang diusung Koalisi Indonesia Maju yang konon di-back up oleh Presiden Joko Widodo. Jika Demokrat bisa menjelaskan konsep perubahan dan perbaikan sebagai manifestasi dari konsep change and continuity, maka tidak akan ada kendala memadai dalam upaya Demokrat untuk melebur dengan koalisi  pengusung Prabowo Subiyanto," sebutnya.

Artinya,  tegas Khoirul Umam, di atas kertas, Prabowo kembali mengantongi dukungan besar dengan akumulasi kekuatan kursi parlemen di atas 45 persen. Sedangkan kekuatan partai-partai pendukung Anies sebesar 29 persen dan pengusung Ganjar masih berpuas diri dengan dukungan 25 persen. 

"Jika mesin politik partai-partai pendukung Prabowo bisa bekerja optimal, maka di atas kertas potensi kemenangannya lebih terbuka. Meskipun demikian, besarnya angka kekuatan koalisi tidak menjamin kemenangan pasangan Capres-Cawapres dalam Pilpres di Indonesia," tegasnya. (rizal)
 

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT