Baliho Ganjar Pranowo dicopot lantaran terpasang di lahan Makodim 1013/Muara Teweh, Kalimantan Utara. Pencopotan yang dilakukan pada Sabtu (15/7/2023) sore itu, sudah melalui prosedur.
Meski begitu, pencopotan baliho inipun menjadi viral di media sosial. Ganjar sendiri menyikapi pencopotan dengan bijak.
Seperti diberitakan, ketika ditanyakan soal pencopotan baliho dirinya, Ganjar mengatakan tidak boleh marah. Tidak boleh tersinggung. Kalau tidak benar, awur- awuran silakan dicopot.
“Pencopotan ini pelajaran bagi relawan capres lainnya agar tidak sembarang memasang baliho,” kata Heri mengawali obrolan warteg, obrolan rakyat kecil sembari makan di warteg, bersama sohibnya Mas Bro dan Yudi.
“Kadang karena merasa besar, baliho dipasang asal saja. Padahal memasang baliho ada aturannya, setidaknya pakai etika,minta izin sama yang punya lahan,” kata Mas Bro.
“Kadang, sudah balihonya segede gajah dipasang di tengah, hingga menutupi baliho lainnya yang lebih kecil,” kata Yudi.
“Kasihan. Sudah balihonya kecil, ditutupi, ya semakin tidak terlihat. Itulah gambaran yang kecil selalu tersisih. Yang besar, merasa wah..” kata Heri.
“Mau protes enggak berani. Padahal untuk memasang baliho kecil saja, sudah menguras tenaga dan dana. Yang ada hanya meratapi nasib,” kata Yudi.
“Tidak semua yang besar sewenang – wenang, merasa berkuasa. Banyak tokoh besar yang peduli kepada yang kecil. Tak jarang yang rendah hati dan dermawan,” kata Mas Bro.
“Tokoh seperti itu yang dibutuhkan untuk memimpin Indonesia ke depan. Tokoh yang berani mengakui kesalahan dan meminta maaf. Bukan mencari pembenaran,” kata Yudi.
“Kembali ke soal pencopotan baliho Ganjar, itu bukan karena tidak senang, tetapi untuk menjaga netralitas TNI dalam pemilu,” kata Mas Bro.
Sikap netral, di antaranya tidak memberikan fasilitas tempat atau sarana dan prasarana milik TNI kepada Paslon dan Parpol untuk digunakan sebagai sarana kampanye. (Jokles)