Pemilik Duit Rampok Bank Agar Bisa Ambil Uang Simpanan

Sabtu 03 Des 2022, 21:00 WIB
Biro penukaran uang menghitung pound di Beirut Lebanon pada Kamis, 22 September 2022.

Biro penukaran uang menghitung pound di Beirut Lebanon pada Kamis, 22 September 2022.

LEBANON, POSKOTA.CO.ID - Deposan memaksa mengambil uang simpanan mereka di bank dengan bersenjata.

Jumlah kasus ini melonjak di Lebanon. Ini adalah konsekuensi dari kondisi ekonomi Lebanon yang meledak.

Para deposan putus asa dan marah karena tidak bisa mendapatkan uang mereka kembali setelah simpanan dibekukan.

Jengkel menghadapi situasi keuangan yang memburuk dalam tiga tahun, tidak tahu kapan situasi akan membaik, orang-orang di Lebanon mulai bertindak sendiri.

Deposan mengambil uang simpanan. Kadang-kadang secara paksa. Rentetan pengambilan paksa bersenjata menyebabkan bank-bank tutup.

Bassam Al Sheikh Hussein adalah salah seorang deposan itu. Dia menyerbu Bank Federal Beirut pada 11 Agustus setelah didera keputusasaan untuk menarik uang simpanannya sendiri.

“Saya datang ke bank dengan membawa satu galon bensin dan senapan. Saya datangi manajer. Saya banting pintu. Kemudian saya kurung staf di dalam ruangan,” katanya seperti dikutip dari VOA pada Kamis (1/12/2022).

Bassam Al Sheikh Hussein melanjutkan,”Manajer memberi saya $ 35.000. Tetapi jumlah seluruh deposit saya $ 210.000. Saya menginginkan semua uang saya."

Lebanon menderita krisis fiskal, moneter, keuangan, dan ekonomi yang semakin parah mulai 2019. Hal ini akibat ketidakbecusan pemerintah dalam mengelola anggaran selama puluhan tahun menurut kritikus.

“Ketika gelembung itu pecah pada Oktober 2019, semua uang para deposan sekitar $ 150 miliar, dibekukan dalam sistem perbankan. Ini disebabkan oleh kendali modal yang tidak formal yang diterapkan secara paksa terhadap semua simpanan tanpa ada undang-undang yang jelas untuk mengaturnya dari Parlemen atau dari negara Lebanon," ujar Nicolas Chikhani, seorang ekonom independen.

Asosiasi perbankan Lebanon mengatakan pemerintah seharusnya menerapkan kendali modal secara formal.

Seruan yang sama disampaikan Hassan Moughnieh, pendiri Asosiasi Deposan di Lebanon.

“Kami menuntut kendali modal berstandar internasional. Bukan kendali yang mereka lakukan saat ini yang hanya melindungi bank tetapi tidak melindungi deposan. Jadi kami menuntut kendali modal dengan standar internasional," ucapnya.

Para politisi mengingatkan bahwa ketidakstabilan negara telah memperlambat reformasi.

“Kami telah mendesak agar masalah-masalah ini diselesaikan. Tetapi gejolak politik di Lebanon diketahui menunda apa saja yang terkait peratifikasian undang-undang, penulisan rancangan undang-undang, dan penyelesaian undang-undang," ujar Menteri Ekonomi dan Perdagangan Lebanon Amin Salam.

Niat sebagian politisi mungkin menjanjikan. Tetapi solusi tidak kunjung datang bagi para deposan Lebanon yang marah dan putus asa untuk mendapatkan kembali uang mereka. ***

Berita Terkait
News Update