ADVERTISEMENT

Lesbumi PBNU Gelar Kesenian Budaya Betawi di Setu Babakan, Jagakarsa

Rabu, 30 November 2022 23:42 WIB

Share
Lesbumi PBNU Gelar Kesenian Budaya Betawi. (ist)
Lesbumi PBNU Gelar Kesenian Budaya Betawi. (ist)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Lembaga Seni dan Budaya Muslimin Nahdlatul Ulama (Lesbumi-NU) akan menggelar 'Rapat
Kerja Nasional V Lesbumi PBNU dan Temu Nasional Seni Budaya Muslimin Indonesia 2022' yang akan dilaksanakan pada 2-3 Desember 2022 di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan, Jagakarsa,
Jakarta Selatan.

Rakernas dengan tema 'Tauhid Menumbuhkan Kebudayaan, Menyuburkan Pohon Kehidupan'  tersebut melibatkan perwakilan dari Lesbumi di wilayah dan cabang (PWNU dan PCNU) se-Indonesia, Pengurus Pusat Nadlatul Ulama, beberapa ahli dan tokoh untuk memberi sumbangan gagasan, serta pihak pemerintah sebagai pengambil dan pelaksana kebijakan negara.

"Di Rakernas ini, kami akan merumuskan berbagai langkah nyata berdasarkan identifikasi persoalan, baik dalam hal keorganisasian maupun kebudayaan secara luas. Selanjutnya, kami dapat membuat solusi dan acuan kerja bersama. Harapannya akan lahir berbagai resolusi terkait beragam masalah yang dihadapi dalam bingkai kebudayaan," kata Ketua Umum Lesbumi PBNU M. Jadul Maula, baru-baru ini.

Menurut tuan rumah selaku Ketua PWNU Lesbumi DKI Jakarta, H Ahmad Yusuf, acara di Setu Babakan dirasa cocok untuk kegiatan yang melibatkan banyak budayawan dan pengamat budaya secara nasional.

Selain tempatnya luas, Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan
juga menjadi ruang reka cipta kebudayaan Betawi, salah satu pusat kebudayaan Betawi.

Beragam kesenian khas Betawi akan ditampilkan dalam kegiatan ini, seperti palang pintu, tradisi lisan yang sudah menjadi warisan budaya tak benda Indonesia, lalu ada ketimpring, tarian pembuka khas Betawi, orkes gambus, dan masih banyak lagi.

Jadul Maula menambahkan, Lesbumi siap bekerjasama dengan berbagai pihak diantaranya lembag-lembaga di lingkaran PBNU sendiri, lembaga-lembaga kebudayaan dalam negeri dan luar negeri, para ahli yang mendedikasikan diri mereka dalam kebudayaan serta pemerintah
sebagai pelaksana konstitusi dan pengambil kebijakan.

Hal itu demi penguatan kapasitas Lesbumi sebagai sebuah lembaga kebudayaan dengan cakupan nasional yang turut andil dalam pemajuan kebudayaan nasional.

"Kerjasama akan saling menguatkan satu sama lain, memperlancar agenda pemajuan kebudayaan nasional, serta meningkatkan kapasitas kita sebagai sebuah bangsa," imbuhnya.

Ketua Panitia Pengarah Rakernas dan Pengurus Lesbumi PBNU, Abdullah Wong mengatakan, perjalanan Lesbumi sebagai organisasi seni-budaya sangat dinamis, karena faktor internal dan eksternal.

Beberapa faktor internal antara lain bentuk organisasi Lesbumi yang besar mulai pusat hingga daerah, sumberdaya manusia yang belum merata, serta model tata kelola organisasi yang belum efisien. Adapun beberapa faktor eksternal seperti posisi kebudayaan yang belum dianggap penting dalam agenda nasional Indonesia, relasi NU dan pemerintah yang mengalami pasang-surut sejak Orde Lama, Orde Baru, hingga pasca Reformasi, serta kompleksitas dan majemuknya masalah kebudayaan di berbagai daerah di Indonesia.

Jadul menambahkan, ada banyak agenda yang akan dibahas dalam Rakernas dan Temu Nasional, satu di antaranya adalah fikih kebudayaan demi pemajuan kebudayaan.

Kita tahu, peran Nahdlatul Ulama dalam sejarah Indonesia berangkat dari mekanisme pengambilan keputusan dalam Islam yang mengatur tugas dan hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam, yaitu ushul fiqh atau teori hukum Islam yang komprehensif dengan menimbang sumber sakral, sosio-kultural, ekonomi, dan politik demi mencapai kemaslahatan yang sebanyak-banyaknya dan risiko sekecil-kecilnya bagi umat manusia dan lingkungan yang dihuni.

”Pembahasan ini tentu merangkul sejumlah ahli yang kompeten dalam bidang agama, seni, dan kebudayaan secara luas demi menghasilkan visi yang arif, luas, dan maslahat bagi umat manusia dan khususnya bangsa Indonesia,” kata Jadul.

Menurut Sekretaris Lesbumi PBNU Inaya Wulandari Wahid, praktik marginalisasi kebudayaan tersebut bukan hanya fenomena nasional namun global.

"Dalam Temu Nasional Seniman Budayawan NU 2022, pemajuan kebudayaan akan menjadi semangat utama untuk melakukan akselerasi agar kebudayaan bisa mendapat tempat yang layak dalam agenda strategis nasional. Oleh karena itu, kami akan membahas berbagai topik
secara seksama demi menghasilkan rumusan yang menjawab berbagai tantangan mutakhir di bidang kebudayaan,” tegas Inaya. (*/mia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT