Gedung Bank Indonesia.(Is)

Nasional

Gubernur Bank Indonesia: 3 Hal Ini Bikin Hidup Makin Susah di Tahun 2023

Rabu 23 Nov 2022, 18:55 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Tak hanya Presiden Joko Widodo dan Menteri Keuangan Sri Mulyani yang menyebut beratnya ekonomi global.

Hal senada juga disampaikan Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

Menurutnya, Indonesia tengah menghadapi gejolak ekonomi dan kemungkinan bisa mempengaruhi perekonomian.

Lantas, apa saja tiga risiko yang bisa memunculkan gejolak ekonomi pada tahun 2023?

1. Perlambatan Pertumbuhan

Tak hanya perlambatan ekonomi, Gubernur BI tersebut juga menemui risiko sejumlah negara jatuh ke jurang resesi.

"Pertumbuhan dunia semula tahun ini 3 persen kemungkinan turun jadi 2,6 persen," kata Perry dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI, dikutip Rabu (23/11/2022).

"Ada risio menjadi dua persen, terutama di Amerika Serikat dan Eropa," tambahnya.

Bank Indonesia mengingatkan, resesi tersebut sudah mendekati 60 persen.

"Apalagi di Eropa, kondisi winter musim ini belum yang terburuk, tahun depan terburuk karena berkaitan dengan geopolitik, fragmentasi, slowing growth, lalu politik ekonomi dan investasi," ujar Perry.

2. Inflasi Tinggi

Inflasi global tahun ini diperkirakan mencapai 9,2 persen.

Di AS bahkan mencapai 8,8 persen, Eropa 10 persen dan Inggris mendekati 11 persen.

"Inflasinya dari energi dan tidak adanya pasokan energi akibat perang serta geopolitik. Inflasi energi, pangan yang langsung berhubungan dengan kesejahteraan rakyat," tambahnya.

3. Suku Bunga Tinggi Dalam Jangka Waktu Lama

Suku bunga merujuk pada kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS).

Menurut Perry, di AS kenaikan fed fund rate (FFR) pada bulan ini sekitar 75 basis point (bps) menjadi 4 persen, kemungkinan akan naik lagi hingga 50 persen bps menjadi 4,5-5 persen pada tahun 2023.

"Kami memperkirakan tahun depan akan naik dari 4.5-5 persen. Ada yang memperkirakan hingga 5,25 persen, puncaknya mungkin triwulan I dan II (2023) dan tidak segera turun," ujar Perry.

(*)

Tags:
resesiBank Indonesiainflasidolar

Administrator

Reporter

Administrator

Editor