JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dirkrimum Polda Metro Jaya Kombes Hengky Haryadi mengatakan, sebanyak 32 saksi diperiksa untuk mengungkap kasus kematian satu keluarga di Kalideres, Jakarta Barat. Untuk mencari petunjuk lain, polisi sampai menelusuri BPJS milik para korban.
Salah satu saksi yang diperiksa yakni ketua RT, anggota keluarga, dan juga tetangga korban.
"Kita sampai telusuri apakah yang bersangkutan ini berobat dengan BPJS, biasa digunakan atau tidak. Kemudian yang bersangkutan belanja kemana," ujarnya kepada wartawan, Senin 22 November 2022.
Adapun keempat mayat satu keluarga itu yakni Rudyanto Gunawan (71) dan Renny Margaretha (68), pasangan suami istri. Kemudian Dian Febbyana (42) anaknya, dan Budyanto Gunawan (69) adik kandung Rudyanto.
Hengky mengatakan, korban Rudyanto Gunawan dan istrinya, Renny Margaretha diduga telah meninggal sejak bulan Mei 2022.
Hal tersebut terungkap setelah penyidik menemukan petunjuk bahwa salah satu korban pernah menghubungi beberapa pihak terkait penjualan barang.
"Salah satu nomor ini kemudian kita telusuri, kita ambil keterangan saksi, akhirnya kita memperoleh tiga orang saksi penting dalam penyelidikan kami," katanya.
Hengky menyebut, salah satu saksi yang tidak bisa disebutkan namanya tersebut, adalah mediator jual beli rumah. Saksi tersebut lalu mengajak rekannya, yang juga sesama mediator penjualan rumah.
Saat itu almarhum Budyanto secara intens menghubungi mediator perkara penjualan rumah.
Rumah itu mau dijual oleh adik kandung almarhum Rudyanto tersebut.
"Kemudian karena waktu itu sempat putus asa tidak ketemu siapa pembelinya, karena akan dijual seharga Rp 1,2 Milyar," kata Hengky.
Ada yang janggal dalam proses penjualan rumah tersebut.
Saat itu almarhum Budyanto langsung menyerahkan setifikat asli rumah.
"Kemudian karena waktu sempat putus asa tidak ketemu pembelinya siapa yang ingin seharga Rp1,2 miliar, akhirnya dikembalikan sertifikat itu kepada almarhum Budyanto ini. Tetap ditolak, suruh pegang lagi," beber Hengky.
Lanjut Hengky, pada 13 Mei 2022, mediator bertemu dengan salah satu pegawai simpan pinjam.
Di sana sertifikat rumah tersebut berencana akan digadaikan.
"Oleh karena itu pegawai koperasi simpan pinjam ini tertarik. mengingat lokasi perumahan ini memiliki NJOP yang tinggi. Pembayaran simpan pinjam itu meminta 50 persen NJOP, baik rumah maupun tanah," bebernya.
"Pada saat lima orang datang ke seputaran rumah, dua mediator, satu dari petugas atau pegawai dari koperasi simpan pinjam ini datang ke depan rumah, sama-sama masuk ke rumah yang menjadi TKP ini, pada saat itu diterima oleh almarhum Budyanto," tambah Hengky.
Saat membuka gerbang, petugas penjualan rumah kaget karena bau busuk yang menyengat.
Mereka kemudian menanyakan bau busuk di rumah tersebut sambil meminta memperlihatkan sertifikat rumah kepada Dian.
"Ternyata sertifikat ini atas nama almarhumah Renny, nyonya Renny Margaretha," ungkap Mantan Kapolres Metro Jakbar itu
Petugas lalu diajak masuk ke dalam rumah. Bau busuk saat itu semakin menyengat.
Mereka lantas menanyakan keberadaan almarhum Renny Margaretha, selaku nama di sertifikat rumah tersebut.
Dian lalu menyuruh petugas agar jangan menyalakan lampu. Saat itu lampu rumah sedang mati.
"Pada saat dibangunkan untuk mengecek sertifikat ini, dipegang-pegang agak gemuk, agak curiga. Tanpa sepengetahuan Dian, salah satu korban pegawai koperasi simpan pinjam ini menghidupkan flash HP nya. Begitu diliat langsung yang bersangkutan teriak takbir Allahuakbar. Ini sudah mayat di tanggal 13 Mei," terangnya.
Mereka lantas mengurungkan niat untuk mslakukan proses gadai rumah itu sambil mengajak dua orang mediator.
Kemudian almarhum Budyanto sempat berteriak dan memohon kepada petugas agar temuan tersebut jangan dilaporkan ke siapapun.
"Dan ternyata tidak dilaporkan. Ini yang kami sesalkan, seharusnya kita semua sebagai warga masyarakat tidak boleh permisif. Kejadian seperti ini agar dilaporkan saja," ucap Hengky.
Keterangan tersebut lalu dicocokkan dengan keterangan saksi-saksi yang ada, untuk memastikan kejadian 13 Mei itu cocok dari segi waktu.
Polisi bahkan meminta bukti data bahwa saksi yang tidak mau disebutkan namanya itu, berkunjung saat 13 Mei 2022.
Mereka kemudian menunjukkan bukti-bukti tersebut melalui data dan rekam jejak digital.
"Saat di dalam kamar, tadi saya sudah menyampaikan, pada saat pegawai koperasi simpan pinjam ini menyatakan bahwa ini sudah menjadi mayat, jawaban dari pda (almarhum) Dian, Ibu saya ini masih hidup, tiap hari masih saya berikan minum susu. Kemudian sambil menyisir karena rambutnya rontok semua. Jadi ini petunjuk pertama," Hengky menyatakan.
Di dalam rumah itu, penyidik menemukan dua handphone. Kedua alat komunikasi tersebut digunakan oleh keempatnya. Dua orang manggunakan satu handphone.
Di alat komunikasi tersebut, saat diperiksa, terdapat aplikasi pedulilindingi atas atas nama masing-masing jenazah.
"Kemudian kami temukan komunikasi satu arah dari satu Hp ke Hp yang lain. Jadi banyak sekali kata-kata berisi tentang emosi yang bersifat negatf," ungkap Hangky.
Temuan itu pun, imbuhnya, sedang di dalam bersama pihak yang Hengki sebut tim interkolaborasi forensik (Absifor).
Hal tersebut dilakukan untuk menemukan petunjuk lebih dalam terkait apa saja kegiatan dalam kejadian di dalam rumah, maupun temuan di handphone.
Penyidik bersama ahli Forensik sampai mencari rekam jejak lain, salah satunya DNA apakah ada pihak keluar yang keluar masuk rumah.
Ternyata hasil DNA dari bercak-bercak yang ditemukan tidak menunjukkan adanya pihak luar.
"Hasil olah TKP kemarin ternyata tidak ditemukan jejak-jejak yang lain di luar empat penghuni ini. Tidak ditemukan bercak-bercak darah, termasuk di lantai dua. kemudian semua pintu pada saat pertama kali masuk dan juga keterangan saksi itu dikunci dari dalam," ucap Hengky.
"Termasuk di dalam kamar yang paling depan, itu berisi nyonya Renny dan Dian, itu dalam satu kamar, ibu dan anak satu kamar, dan ini dikunci dari dalam. Kemudian kita lihat bagaimana kami jelaskan tadi ternyata barang-barang ini bukan dicuri, tapi dijual," sambungnya.
Hingga kini kematian sekeluarga itu masih misterius. Hengky mengaku belum mengetahui motif tewasnya empat orang itu.
"Ini belum merupakan suatu kesimpulan, bahwa motif terjadinya pencurian dan perampokan, sementara ini sangat kecil kemungkinan," sebutnya. (pandi)