JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Buku tentang sejarah kawasan Kota Tua Jakarta berjudul Pariwisata dan Narasi Kota Tua, resmi diluncurkan, Selasa 22 November 2022. Buku tersebut diluncurkan untuk meningkatkan literasi kawasan Kota Tua.
Buku yang dibuat selama satu tahun tersebut, juga digunakan sebagai bahan pariwisata untuk mendongkrak perekonomian.
Ketua Yayasan Kota Tua, Firman Haris menyebutkan bila buku yang disponsori Bank Indonesia itu merupakan buku kedua yang secara khusus menceritakan tentang kawasan kota tua.
“Uniknya buku ini menceritakan bagaimana seluk beluk tentang kawasan kota tua,” kata Firman saat diskusi peluncuran buku di Gedung Mula, kawasan Kota Tua, Selasa 22 November 2022.
Penulis buku, Donni Fajar Anugrah yang juga menjabat sebagai Deputi Direktur Peneliti Ekonomi Utama BI Institute menuturkan, isi dalam buku tersebut juga memiliki metafora kawasan Kota Tua di era Kolonial Belanda masa lampau.
Salah satunya tentang puisi noni Belanda, Maria van de Velde yang bisa di baca di pulau Onrust, Kepulauan Seribu.
Diceritakan, wanita yang bunuh diri pada 1721 itu menuliskan kekecewaanya terhadap kekasihnya yang tak kunjung datang menjemputnya.
Terlepas dari versi lain mengenai Maria yang meninggal karena malaria, namun prasasti puisinya tertulis di atas nisan makamnya.
Namun demikian, dari beragam cerita itu, Donni melihat wisata di Jakarta perlu diperhatikan, khususnya kawasan kota tua.
Sebab, melihat dari data Kementrian Pariwisata, Jakarta masih menjadi kawasan destinasi wisata tertinggi di Indonesia setelah Bali.
“Karenanya lewat buku ini, kita harapkan geliat ekonomi kembali muncul,” tukasnya.
Terpisah, Kepala Bank Indonesia perwakilan DKI Jakarta, Arlyana Abubakar menilai peluncuran buku ini menjadi momentum kebangkitan pariwisata di Indonesia, khususnya Jakarta.
Dia lantas melihat bila kawasan Kota Tua sendiri hingga bulan November 2022 telah didatangi lebih dari 600 ribu pengunjung, meningkat tiga kali lipat dibandingkan tahun 2021.
Selain itu berkaca pada pertumbuhan ekonomi Jakarta yang meningkat 5,30 persen pada triwulan 2 tidak lepas dari Inflasi Jakarta sendiri sangat rendah yaitu 4,47 persen. Jauh dari inflasi nasional sebesar 5,71 persen.
“Bisa dikatakan terendah diantara provinsi lainnya di pulau Jawa,” tegasnya.
Karenanya agar pertumbuhan kembali meningkat, dirinya melihat rangsangan terhadap pariwisata perlu digiatkan kembali melalui tiga langkah, yaitu pengembangan UMKM, penyelenggaran event, serta pembangunan BSBI (Bantuan Sosial Bank Indonesia).
“Lewat itu, kami harapkan pariwisata maupu meningkat sehingga berdampak positif bagi ekonomi,” tutupnya. (pandi)