Aksi Terorisme Marak di Indonesia, Sosiolog: Orang Radikal Biasanya karena Ilmunya Masih Dangkal
Rabu, 26 Oktober 2022 21:17 WIB
Share
Densus 88 Amankan Terduga Teroris

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Paham radikalisme saat ini masih banyak ditemukan di Indonesia, bahkan belakangan banyak yang ditangkap karena dianggap membahayakan keamanan negara akibat aksi terorismenya tersebut.

Sosiolog Musni Umar mengatakan, orang radikal biasanya terpapar karena ilmu yang mereka pahami masih dangkal tentang agama.

"Kalau mereka paham tentang agama itu secara mendalam, komprehensif antara satu ayat dengan ayat lain, itu Insyaallah tidak akan radikal," ujarnya saat dikonfirmasi, Rabun(26/10/2022).

Musni menutukan, orang yang terpapar radikal biasanya terpengaruh karena pergaulan di lingkungan tempat dia tinggal atau tempat dia bersosialisasi.

Sementara, tingkat pengetahuan orang dan lingkungan sekitar masih sangat minim, sehingga mudah terpapar.

Meskipun orang tersebut membaca dari internet, tapi jika sekelilingnya tidak ada yang paham atau dalam tentang ilmu agama, maka akan mengarah ke yang tidak benar.

"Nah itu yang membuat mereka bisa terpapar radikal. Itu tidak salah, tapi tetap mesti belajar kepada orang yang sangat tinggi ilmunya," jelas Musni.

"Kalau dia baca internet kan dia bisa tanya kepada orang atau ulama yang lurus gimana pemecahan masalahnya, jadi dia (ulama) memberitahukan," tambahnya.

Musni menegaskan, siapapun orang yang belajar ilmu agama dengan membaca di internet, tidak juga disalahkan.

Hanya saja sebaiknya perlu pendampingan orang yang berilmu.

Agar seseorang terhindar dari paparan radikal, Musni mengimbau kepada orang tua agar membangun kesadaran anak bahwa kita hidup di negara yang aman dan damai.

Tentunya harus saling mengasihi satu sama lain.

Selain itu harus menumbuhkan kecintaan agama masing-masing dengan tidak menjelekkan kepercayaan atau agama orang lain.

"Walaupun keyakinan dalam diri kita itu agama kita yang paling benar, tapi kita nggak bisa sampaikan sama orang nggak usah kita umbar agama orang tidak benar," pungkasnya. (pandi)

Reporter: Pandi Ramedhan
Editor: Sumiyati
Sumber: -