Nuswantara Jaya Kembali (3)

Senin 24 Okt 2022, 06:00 WIB

“MELALUI gotong royong dapat memperkuat kesatuan dan persatuan, juga bisa menjadi sarana meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan sosial sebagaimana cita – cita sejak negeri ini didirikan,”  - Harmoko-

Bangsa kita adalah besar, kuat, dan hebat serta terhormat. Para leluhur Nuswantara telah membuktikannya, di mana dunia pun mengakuinya kehebatannya dengan menyebutnya sebagai “Jamrud Khatulistiwa”.

Berbagai keunggulan, tak hanya dalam tata kelola pemerintahan, juga ekonomi dan perdagangan yang mendunia, tak heran jika banyak negara sukarela “menginduk”, setidaknya bekerja sama sebagaimana tertera dalam sejarah gemilangnya Nuswantara, yang terukir dalam sejumlah serat kuno.

Kita meyakini kejayaan bangsa dapat dicapai kembali bila kita kembali ke fitrah sebagai insan Pancasila. Mengapa? Jawabnya, para leluhur kita sejak zaman dulu telah menerapkan jati dirinya sebagai bangsa yang bermartabat. Bangsa yang beradab, beretika dan bermoral tinggi.

Memiliki komitmen jelas dan tegas dengan menjunjung tinggi adat budaya dan norma sosial, norma agama dan norma negara, tak hanya dalam kata, tetapi pengejawantahan dalam kehidupan sehari – hari. Yang diteladani oleh para elite bangsa, elite penguasa saat itu hingga menular kepada seluruh lapisan masyarakat.

Itulah nilai – nilai luhur yang sejak negeri kita merdeka, termanifestasikan dalam butir – butir pengamalan Pancasila. Ini sejalan dengan fakta sejarah bahwa Pancasila adalah nilai – nilai luhur bangsa sebagaimana dikatakan Bung Karno bahwa Pancasila digali jauh ke dalam bumi kami, tradisi – tradisi kami sendiri, dan aku menemukan lima butir mutiara yang indah.

Lima mutiara indah yang kemudian dijadikan dasar negara, pedoman hidup dan falsafah bangsa Indonesia hingga kini, dengan 36 butir pengamalan yang wajib diaplikasikan dalam kehidupan sehari – sehari.

Siapa yang mengamalkan? Jawabnya kita semua, setiap orang yang mengaku warga negara Indonesia. Setiap individu mempunyai peran masing – masing dalam mengamalkan Pancasila, dan menjalankan dengan totalitas terbaiknya sesuai petunjuk Yang Maha Kuasa.

Sering dikatakan nilai – nilai luhur Pancasila adalah jati diri bangsa yang telah hidup sejak dulu kala dan diterapkan penuh kesadaran karena manfaat dan kegunaannya, bukan hanya bagi diri sendiri, juga lingkungan sekitarnya. Lebih luas, bagi bangsa dan negara.

Sebut saja adab dan budaya sopan santun, saling menghargai, saling berbagi, guyub rukun, tak terkecuali gotong royong sebagai intisari dari falsafah bangsa. Telah teruji sejak sebelum negeri ini berdiri, kegiatan gotong royong mampu memberdayakan kehidupan masyarakat. Dengan gotong royong akan semakin mudah mengatasi kesulitan, kian menjadikan ringan dalam menghadapi rintangan. 

Lebih – lebih di era sekarang ini, di mana negeri kita tengah menghadapi ketidakpastian. Horor krisis pangan, energi, ekonomi dan keuangan. Bahkan, terancam lonjakan utang. Fakta telah membuktikan gotong royong tak hanya merekatkan silaturahmi ( merukunkan) melalui kerja bersama sesama warga, tetangga dan lingkungan sekitarnya, seperti dikatakan Pak Harmoko dalam kolom “Kopi Pagi” di media ini.

Melalui gotong royong dapat memperkuat kesatuan dan persatuan, juga bisa menjadi sarana meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan sosial sebagaimana cita – cita sejak negeri ini didirikan.

Itulah mengapa sebabnya para pendiri negeri menempatkan “kegotong – royongan” pada butir pertama sebagai pengamalan sila kelima Pancasila.

Keadilan sosial semakin mudah terwujudkan, bilamana setiap anak negeri bersemangat dan peduli mengembangkan sifat sukarela dan saling membantu. Mengutamakan kebersamaan dengan mengikis sikap ego pribadi. Sebaliknya, menjadikan kebersamaan sebagai esensi perilaku gotong royong sebagaimana ajaran para leluhur Nuswantara.

Itu sebabnya, perlunya sinergitas guyub rukun gotong royong bersama dilandasi oleh kesatuan visi dan misi Nuswantara dan misi Pancasila, yakni kemakmuran dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, tanpa terkecuali, tanpa diskriminasi, tanpa pula adanya kelompok kepentingan politik dan kekuasaan.

Ini pula yang hendaknya menjadi rujukan dalam mengambil kebijakan,lebih – lebih menyangkut kepentingan rakyat, masa depan bangsa dan negara. Begitupun Pokok – Pokok Haluan Negara (PPHN) yang sekarang sedang dirumuskan oleh MPR sejatinya harus dibuat dengan hati yang bersih dan pikiran yang jernih disertai dengan jiwa Pancasilais.

Rakyat sangat berharap rumusan yang benar, adil dan memihak rakyat. Rumusan yang menjadi pedoman bagi kelangsungan hidup bangsa yang maju dan sejahtera, adil dan makmur sentosa. Rumusan boleh saja benar, tetapi tidak tepat seperti pepatah “Benar, ning ora pener”- benar, namun tidak tepat. 

Ini sebuah konsep yang mengajarkan kepada kita untuk senantiasa dituntut adanya kepekaan pikiran dan rasa agar tercipta sebuah sikap atau tindakan yang tidak saja harus benar, namun juga tepat. Maknanya, benar dan lurus sesuai nilai – nilai moral yang luhur, tidak menyimpang dari etika, norma dan budaya bangsa. (Azisoko)

Berita Terkait

Nuswantara Jaya Kembali (4)

Kamis 27 Okt 2022, 06:00 WIB
undefined

Resesi Global vs Potensi Lokal

Senin 31 Okt 2022, 06:00 WIB
undefined

Pahlawan Sepanjang Masa (3)

Kamis 10 Nov 2022, 06:10 WIB
undefined

Jangan Sebatas Jargon Koalisi

Senin 21 Nov 2022, 06:00 WIB
undefined

Mendesak, Sosok Pemersatu Bangsa

Senin 12 Des 2022, 06:50 WIB
undefined
News Update