JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Salah seorang pendukung Arema FC (Aremania ) membeberkan kesaksiannya soal Tragedi Kanjuruhan yang terjadi di laga Arema FC melawan Persebaya pada Sabtu (1/10/2022).
Lewat sebuah video, Aremania bernama Reza memberikan kesaksian bahwa ia hampir tewas di Tragedi Kanjuruhan yang menurut data Polri memakan 125 korban meninggal.
Reza turut menyaksikan bagaimana seorang balita meninggal di pelukan ibunya lantaran sesak nafas akibat gas air mata.
Ia menyebut bahwa hal ini berawal dari satu orang oknum Aremania yang turun ke lapangan sehingga memicu yang lainnya.
“Berhubung satu orang tersebut dikasih kelonggaran akhirnya mengundang begitu banyak oknum Aremania dari tribun utara sama selatan,” kata Reza dalam video yang diunggah akun Instagram @tangerang.network, dikutip pada Rabu (5/10/2022).
“Dari utara sama selatan itu sama-sama turun, tapi tidak banyak paling tidak sekitar 2000 orang, padahal yang 42.000 orang lebih, full sesak memang di Kanjuruhan,” lanjut dia.
Lalu Reza menuturkan bahwa aparat yang memicu kerusuhan tersebut. Sebab sebelum ditembak gas air mata, aparat sudah melakukan pemukulan.
Aremania itu juga mengaku melihat dua orang tewas terkapar di lapangan sebelum gas air mata ditembakkan. Hal itu yang lalu memicu para Aremania turun lebih banyak.
“Hal tersebut yang memicu adalah aparat sendiri yang memukul Aremania sampai ada yang meninggal di lapangan, dua orang kalau gak salah,” tuturnya.
“Sebelum ada gas air mata sudah ada pukulan, tergeletak di tengah itu terkapar, nggak bergerak, di situ tribun kami turun, 7-8,” lanjutnya.
Reza mengaku tidak ikut turun ke lapangan, namun ia menyaksikan bagaimana aparat menembakkan gas air mata ke tribun.
“Langsung masuk gas air mata, bukan ditembak ke rumput tapi ke tribun langsung,” katanya.
Ia lalu mengaku menyaksikan seorang ibu yang tengah menggendong balita panik lantaran anaknya sudah tidak bernafas lagi. Ibu itu berteriak bahwa anaknya sudah meninggal, tak lama pasca gas air mata ditembakkan.
“Di depan saya, saya lihat seorang ibu bawa anak balita kira-kira 1 bulan setengah ‘anak saya sudah tidak bisa bernafas, anakku wes mati’ kata ibu tersebut, suaminya sudah tidak bisa berkata apa-apa,” ujarnya.
Reza dan rekan-rekan Aremania pun mencoba membuka jalan agar ibu itu bisa meninggalkan lapangan.
“Saya bilang sama teman saya ‘mas monggo tahan’ massa dari atas ditahan sampai ibu ini keluar sama almarhum,” ujarnya.
Namun setelah itu, ada gas air mata lagi yang ditembakkan. Setelahnya, Reza mengaku pandangannya sudah gelap.
“Di situ ada gas air mata lagi masuk, Posisi gas air mata itu di atas saya, gas air mata itu meletes kena tiang gitu loh, pembatas tribun. Pas (gas air mata) di atas saya, air sama asep itu turun, di situ (mata) saya sudah mulai gelap,” ujarnya.
Pasca tembakan gas air mata tersebut, tidak lama kemudian Reza pun jatuh tidak sadarkan diri. Ia bangun ketika tim medis melakukan resusitasi jantung dan paru (RJP) terhadapnya. (*)