Direktur Jenderal FAO: Perempuan Lebih Rawan Alami Kekurangan Pangan

Minggu 02 Okt 2022, 07:00 WIB
Pengungsi internal Somalia antre menunggu makanan bantuan yang akan disajikan di distrik Hodan selatan Ibu Kota Mogadishu pada 5 September 2011.

Pengungsi internal Somalia antre menunggu makanan bantuan yang akan disajikan di distrik Hodan selatan Ibu Kota Mogadishu pada 5 September 2011.

BALI, POSKOTA.CO.ID - Dunia saat ini menghadapi tantangan yang kompleks sehingga mengakibatkan guncangan dan penurunan ekonomi.

Tantangan tersebut di antaranya adalah konflik dan perang, keadaan darurat kemanusiaan, dampak krisis iklim, dan pandemi COVID-19.

Pernyataan ini disampaikan Direktur Jenderal Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Food and Agriculture Organization (FAO) Qu Dongyu.

Permasalahan ini ternyata tumpang tindih dengan sejumlah isu sosial lainnya. Seperti kelaparan, kerawanan pangan, dan kekurangan gizi yang terus-menerus. Bahkan memburuk selama beberapa bulan dan tahun terakhir.

Data FAO menunjukkan terdapat 828 juta orang yang mengalami kelaparan pada 2021. Jumlah itu 46 juta orang lebih banyak dari 2020, dan 150 juta lebih banyak dari 2019.

“Secara global kesenjangan antara perempuan dan laki-laki meningkat. Dengan 150 juta lebih banyak perempuan yang rawan pangan daripada laki-laki,” kata Qu Dongyu seperti dikutip dari VOA pada Rabu (28/9/2022).

Dia melanjutkan,”Kita perlu menanggapi secara kolektif dan efektif tantangan global dan regional ini. Kita harus bekerja sama untuk membuat sistem pangan pertanian kita lebih efisien, lebih inklusif, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan.”

Qu Dongyu berpidato dalam Pertemuan Menteri Pertanian G20 di Bali yang mengambil tema besar “Peran Transformasi Digital dalam Percepatan Kewirausahaan Perempuan dan Pemuda”.

Dia menyebutkan digitalisasi akan meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan sistem pangan pertanian secara inklusif.

“Transformasi digital membuka peluang penting untuk mempercepat peluang bisnis perempuan dan pemuda di seluruh sistem pangan pertanian, untuk mengambil langkah nyata untuk mengakhiri kelaparan dan kemiskinan,” ujarnya.

Qu Dongyu menyebut digitalisasi berperan mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Caranya, dengan mendiversifikasi pendapatan, membuka lapangan kerja, dan peluang bisnis di dalam dan di luar sektor.

Salah satu prioritas G20 adalah memastikan akses yang sama ke konektivitas dan digitalisasi untuk semua pihak. G20 juga harus memastikan negara-negara berkembang, terutama perempuan dan pemuda, tidak tertinggal dalam lansekap digital global yang bergerak cepat.

“FAO menyadari perlunya transformasi digital serta pentingnya memastikan akses yang inklusif dan adil ke teknologi digital untuk semua dengan mengembangkan komunitas pedesaan yang terampil secara digital,” ungkapnya.

Dia optimis teknologi digital dapat membantu sistem pangan pertanian memenuhi permintaan makanan aman dan bergizi yang meningkat dan mengelola sumber daya alam dengan lebih baik.

Digitalisasi juga berkontribusi pada pertumbuhan produktivitas berkualitas tinggi dan memastikan inklusi ekonomi kelompok terpinggirkan, perempuan dan pemuda, untuk memperkuat keterlibatan mereka secara produktif di sektor ini.

“Melalui solusi digital, dunia dapat pulih bersama dengan cepat, lebih kuat, lebih cerdas, dan lebih hijau untuk pertumbuhan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan,” pungkas Qu Dongyu. ***

Berita Terkait
News Update