ADVERTISEMENT

Obrolan warteg: Dibutuhkan Kepedulian

Jumat, 16 September 2022 06:00 WIB

Share

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

TIDAK seperti biasanya, hari ini mas Bro maksi di warteg dengan lauk sangat sederhana. Nasi separo, sayur lodeh dan sepotong tempe goreng.

Mendapat pesanan menu tersebut, Ayu Bahari, pemilik warteg nyeletuk, “ Tumben mas. Biasanya pakai sayur sop, empal daging, dan nasi pun nambah. Apa lagi diet?”

Sebelum mas Bro menjawab, sohibnya , Yudi dan Heri yang lagi maksi bareng, komen,” Bukan diet, tapi lagi krisis.”

“Ini bukan soal krisis, tetapi antisipasi menghadapi ancaman krisis dunia. Kita harus hidup dengan pola sederhana, tak lagi jor-joran,” jawab mas Bro serius.

“Bro, kita tak perlu hidup sederhana pun sudah sangat sederhana. Mana bisa jojor- joran, yang ada malah pas – pasan,” kata Yudi.

 

 “Saya cuma ingin ngasih contoh,”  kata mas Bro ngotot.

“ Nggak usah belagu.Yang seharusnya ngasih contoh itu mereka para elite, para pejabat memberi teladan kepada rakyat,” timpal Heri.

“Dalam situasi seperti sekarang ini, mestinya para elite tidak lagi tebar pesona meraih simpati rakyat karena kepentingan menuju pilpres,” tambah Yudi.

“Tebar pesona kan tidak dilarang,” kata mas Bro yang dijawab Yudi, “ Memang nggak dilarang, tetapi tidak etis di tengah rakyat lagi kesusahan.”

“Yang dibutuhkan sekarang ini bukan tebar pesona, tetapi kepedulian sosial. Peduli kepada rakyat, mereka yang melarat, terjerat beban hidupnya karena keterbatasan kemampuan.. seperti ditulis dalam kolom “Kopi Pagi Harmoko”, di media ini, 5 September 2022,” tambah Heri.

“Sebentar mas, sepertinya kolom kopi pagi itu cukup familiar,” tanya Ayu.

“Betul Yu, itu kolom pagi di media ini, terbit sepekan dua kali. Yang nulis mas Azisoko,”  kata Yudi.

“Siapa itu mas?” tanya Ayu penasaran yang dijawab mas Bro,” Itu putra bungsu pak Harmoko, CEO poskota.”

“Oh..pantes keren,” kata Ayu mengumbar senyum. (jokles)

 

 

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT