AS, POSKOTA.CO.ID - Penulis novel “Ayat-Ayat Setan” atau "The Satanic Verses" ditikam di leher dan perut.
Peristiwa yang menimpa Salman Rushdie terjadi pada Jumat (12/8/2022) ketika seorang pria yang bergegas ke panggung saat dia akan memberikan ceramah di Institusi Chautauqua New York Amerika Serikat.
Salman Rushdie, 75 tahun, berlumuran darah ketika diterbangkan ke rumah sakit. Kondisinya tidak segera diketahui. Agennya, Andrew Wylie, mengatakan penulis itu masih menjalani operasi tetapi dia tidak memiliki rincian lainnya.
Polisi mengidentifikasi penyerang sebagai Hadi Matar, 24 tahun, seorang pria dari kota Fairview, negara bagian New Jersey. Dia ditangkap di tempat kejadian dan kini menunggu dakwaan. Polisi negara bagian Mayor Eugene J. Staniszewski mengatakan motif penikaman itu belum diketahui.
Buku Salman Rushdie dilarang di Iran sejak 1988.
Mantan pemimpin Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1989 mengeluarkan fatwa memerintahkan Salman Rushdie dibunuh. Iran menawarkan imbalan senilai 3 juta dolar bagi mereka yang membunuh Salman Rushdie.
Wartawan Associated Press yang menyaksikan penikaman Salman Rushdie mengatakan serangan itu berlangsung sekitar 20 detik.
Salman Rushdie menghadiri acara diskusi di Institusi Chautauqua tentang Amerika Serikat sebagai tempat suaka bagi para penulis dan seniman di pengasingan dan “tempat kebebasan berekspresi secara kreatif.
Salman Rusdhie mengasingkan diri selama bertahun-tahun di bawah program perlindungan yang dikeluarkan oleh pemerintah Inggris usai fatwa Ayatollah Ruhollah Khomeini.
Salman Rushdie menjadi warga negara Amerika Serikat pada 2016 dan tinggal di kota New York.
Dia kembali muncul di depan publik setelah berada dalam pengasingan selama sembilan tahun.
Di samping kerap menyuarakan kritik tentang ekstremisme agama dan opresi di India. Termasuk kepada pemerintah nasionalis Hindu di bawah pimpinan Perdana Menteri Narendra Modi.
Sentimen anti Salman Rusdhie masih tetap ada meskipun pemerintah Iran mengatakan pada tahun 1998 tidak lagi mendukung fatwa itu.
Masih banyak organisasi Iran yang menawarkan hadiah uang senilai jutaan untuk pembunuhan Salman Rushdie.
Hadiah uang masih tetap ditawarkan bagi mereka yang membunuh Salman Rushdie pada tahun 2016 menurut organisasi yang menyuarakan kebebasan berekspresi, Index on Censorship.
Hal ini menunjukkan bahwa fatwa yang menuntut kematian Rushdie masih berlaku.
Wylie Agency, agen yang mewakili Salman Rushdie, belum mengeluarkan keterangan resmi tentang insiden ini.
Kelompok advokasi kebebasan berekspresi PEN Amerika menyatakan terguncang karena terkejut dan ngeri. Salman Rushdie pernah menjadi Presiden PEN Amerika.
"Salman Rushdie telah menjadi target akibat kata-katanya selama puluhan tahun tetapi ia tidak pernah goyah ataupun gentar,” kata Kepala Eksekutif PEN Suzanne Nossel dalam sebuah pernyataan.
Pada tahun 2012, Salman Rushdie mempublikasikan sebuah memoir “Joseph Anton”. Ini memoir mengenai fatwa kematiannya. Judul itu diambil dari nama samaran yang digunakan Salman Rushdie untuk buku-buku yang ditulisnya selama dalam persembunyian.
Salman Rushdie pernah meraih penghargaan Booker Prize lewat novelnya “Midnight’s Children”.
Namun nama Salman Rushdie baru dikenal di seluruh dunia dengan bukunya “The Satanic Verses.” ***