“SUDAH dengar nggak Bro, ada empat kader PDIP yang potensial menjadi capres,” kata Heri kepada kedua sohibnya, Yudi dan mas Bro, di sela maksi di warteg ujung gang.
“Siapa lagi kalau bukan Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Kedua nama itu sudah beredar luas,” kata mas Baro.
“Masih ada dua tokoh lagi. Ini keterangan resmi Sekjen PDIP, Hasto Kristiyanto. Jika yang bilang sekjen, itu sudah sinyal, “ tambah Heri.
“Iya memang disebut juga Tri Rismaharini (Mensos) dan Azwar Anas ( mantan Bupati Banyuwangi), tetapi menurut aku, yang sangat berpeluang adalah Puan dan Ganjar,” kata mas Bro.
“Lo sepertinya begitu yakin Bro,” tanya Yudi.
“Hasil survei bursa capres, Ganjar selalu masuk tiga besar bersama Prabowo Subianto dan Anies Baswedan. Sementara Puan masih berada di bawahnya. Tetapi dari trah, Puan tentu lebih berpeluang,” ujar mas Bro.
“Lebih berpeluang mana antara tingkat elektabilitas dan trah?” tanya Yudi.
“Selain memiliki trah, juga meraih elektabilitas tinggi. Jika kedua hal tersebut dimiliki, peluang semakin terbuka lebar,” kata mas Bro.
“Berarti PR mbak Puan meningkatkan elektabilitas dong,” timpal Heri.
“Itu sudah pasti. Hal ini pun sudah disadari semua kader yang masuk bursa capres. Tak hanya Puan, juga yang lain,” jawab mas Bro.
“Berarti tokoh yang masuk bursa capres diam-diam sedang bersaing mendongkrak elektabilitas ya?” kata Heri.
“Masak suruh cuap-cuap gue mau bersaing sama lo ya. Gak seperti itulah. Nggak etis, apalagi sesama kader bangsa,” jawab Yudi.” Tetapi bahwa masing – masing berupaya meningkatkan elektabilitas, memperkuat dukungan adalah fakta yang dapat kita saksikan bersama.”
“Sah-sah saja. Yang penting bersaing secara sehat. Fair play lah. Siapa curang bisa terjengkang loh,” kata mas Bro. (jokles)