Oleh: Miftah, Wartawan Poskota
HAJATAN politik 2024 memang masih lama. Namun, suhu politik sudah mulai memanas. Sejumlah nama pun telah didorong-dorong dan dijodoh-jodohkan untuk jadi pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada Pilpres 2024.
Berdasarkan UU Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu dan peraturan teknis lainnya, syarat partai politik atau koalisi partai yang bisa mengusung Capres-Cawapres adalah yang memperoleh minimal 25 persen suara pada Pemilu 2019 lalu, atau 20 persen kursi di DPR saat ini. Jumlah kursi DPR RI periode 2019-2024 adalah 575 kursi. 20 persennya berarti 115 kursi.
Jika mengacu pada perolehan suara dan kursi di DPR-RI pada Pemilu 2019, maka ada peluang empat pasang Capres-Cawapres yang akan berlaga di Pilpres 2024. Banyak pihak menginginkan agar Pilpres 2024 diikuti lebih dari dua pasang calon. Hal ini untuk menghindari terjadinya polarisasi massa, yang mengancam keutuhan NKRI.
Masih membekas hingga sekarang efek dari pertarungan hanya dua pasang calon di Pilpres 2014 dan 2019. Jokowi vs Prabowo. Diikuti perseteruan antara Cebong Vs Kampret. Meskipun Prabowo dan Sandiaga sudah masuk kabinet Jokowi, namun perseteruan itu tak serta merta hilang. Bahkan, cenderung mengkristal dan menjadi Cebong vs Kadrun.
Tentu semua pihak tak menginginkan perpecahan terjadi di negeri yang kita cintai ini. Karena itu, sebisa mungkin kita hindari. Benih-benih koalisi yang membuka peluang Capres-cawapres lebih dari dua pasang, harus terus kita pupuk. Agar peluang itu menjadi kenyataan.
Saat ini, perjodohan atau masa pacaran itu sudah dimulai. Gerindra yang membangun koalisi dengan PKB. Golkar, PPP dan PAN, yang membentuk Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Nasdem yang mulai penjajakan dengan PKS dan Demokrat. Terakhir, PDI Perjuangan yang tanpa koalisi dengan partai lain pun bisa mengusung Capres-Cawapres sendiri.
Mari kita takar, seberapa besar peluang 4 pasang Capres-Cawapres 2024 dan siapa saja tokoh yang berpeluang dijodohkan.
Kita mulai dari PDI Perjuangan. Pemenang Pemilu 2019 ini, memiliki 128 kursi di DPR-RI atau 22 persen. Jumlah suaranya adalah 27.503.961 atau 19,33 persen. Jumlah kursinya sudah melebihi ambang batas minimal. Apalagi kalau didukung oleh partai non-parlemen, seperti Partai Solidaritas Indonesia (PSI) dan Partai Hanura. PSI tak punya kursi di DPR-RI, tapi meraih suara 2.650.361 atau 1,85 persen di Pemilu 2019. Sedangkan Partai Hanura meraih suara 2.161.507 atau 1,54 persen.
Koalisi ini bisa saja mengusung pasangan Ganjar Pranowo (Gubernur Jawa Tengah) dengan Puan Maharani (Ketua DPR-RI). Sama-sama kader PDIP? Betul. Tak ada masalah. Dalam berbagai survei, elektabilitas Ganjar Pranowo selalu moncer. Bersaing dengan Prabowo dan Anies Baswedan. Jadi, sangat mungkin PDIP mengusung kadernya sendiri. Bukankah Prabowo - Sandi merupakan sama-sama kader Gerindra yang maju di Pilpres 2019 lalu?
Koalisi kedua adalah Gerindra dengan PKB. Kini, kedua partai tersebut sedang mesra-mesraan. Pada Pemilu 2019, Gerindra memperoleh 78 kursi DPR, dan 17.596.839 suara atau 12,57 persen. Sedangkan PKB meraih 58 kursi DPR, dari 13.570.970 suara atau sekitar 9,69 persen. Jika digabung, maka Koalisi Gerindra-PKB memiliki kursi di DPR sebanyak 138 kursi. Cukup untuk mengusung pasangan Prabowo Subianto - Muhaimin Iskandar.
Berikutnya adalah Golkar, PAN dan PPP yang bergabung di Koalisi Indonesia Bersatu (KIB). Golkar punya 85 kursi DPR. Jumlah suaranya 17.229.789 atau 12,31 persen. Sedangkan PAN memiliki 44 kursi DPR, dan 9.572.623 suara atau 6,84 persen. PPP punya 19 kursi DPR, dari jumlah suaranya 6.323.147 atau 4,52 persen. Total, KIB memiliki 148 kursi DPR-RI. Sudah lebih dari cukup untuk mengusung Capres-Cawapres.
Siapa calonnya? Sejauh ini belum terungkap. Namun sejumlah analis menyebut, KIB akan mengusung Ketum Golkar, Airlangga Hartarto berpasangan dengan Ridwan Kamil (Gubernur Jabar). Namun ada juga yang menyebut, KIB akan mengusung duet Ganjar-Airlangga atau Airlangga-Erick Thohir (Menteri BUMN). Kita lihat saja nanti.
Terakhir adalah koalisi Nasdem, PKS dan Demokrat. Nasdem memiliki 59 kursi, dari jumlah suara 12.661.792 atau 9,05 persen. PKS punya 50 kursi DPR, dari 11.493.663 suara atau 8,21 persen. Sedangkan Demokrat, punya 54 kursi DPR dari 10.876.057 suara atau 7,77 persen. Jumlahnya, 163 kursi DPR. Koalisi ini dikabarkan akan mengusung Anies Baswedan (Gubernur DKI) berpasangan dengan Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY (Ketum Demokrat). Ada juga yang menyebut duet Anies - Andika Perkasa (Panglima TNI). Wallohu 'alam. (*)