JAKARTA, POSKOTA.CO.ID – Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada Senin (6/7/2022) menyatakan, wartawan Al Jazeera Shireen Abu Akleh kemungkinan besar terbunuh oleh tembakan dari posisi Israel, tetapi insiden diduga terjadi atas unsur ketidaksengajaan.
Penyelidik independen AS tidak dapat mencapai kesimpulan pasti tentang asal peluru yang mengenainya.
Deplu AS menyebut Koordinator Keamanan AS (USSC), setelah meringkas penyelidikan oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) dan Otoritas Palestina, menyimpulkan bahwa tembakan dari posisi Israel kemungkinan bertanggung jawab atas kematiannya.
"USSC tidak menemukan alasan untuk percaya bahwa ini disengaja melainkan hasil dari keadaan tragis selama operasi militer yang dipimpin IDF terhadap faksi Jihad Islam Palestina," kata Departemen Luar Negeri yang dilansir Reuters pada Rabu (6/7/2022).
Kemudian, deplu AS mengatakan dalam analisis forensik oleh pemeriksa pihak ketiga yang diawasi oleh USSC, para ahli balistik menentukan peluru itu rusak parah, yang mencegah kesimpulan yang jelas tentang asalnya.
Laporan itu tidak melakukan apa pun untuk meredakan ketegangan antara kedua belah pihak menjelang kunjungan Presiden AS Joe Biden minggu depan.
Jaksa Agung Palestina Akram al-Khatib mengatakan kesimpulan AS bahwa peluru itu rusak parah tidak benar dan mengatakan bahwa Abu Akleh sengaja menjadi sasaran.
"Pernyataan Amerika bahwa mereka tidak menemukan alasan untuk menunjukkan bahwa penargetan itu disengaja tidak dapat diterima," kata Khatib. Palestina akan terus mengejar tindakan hukum terhadap Israel di Pengadilan Kriminal Internasional, katanya.
"Israel bertanggung jawab atas pembunuhannya dan itu harus dimintai pertanggungjawaban," kata Nabil Abu Rudeineh, juru bicara Presiden Palestina Mahmoud Abbas, dalam sebuah pernyataan.
Abu Akleh terbunuh pada 11 Mei 2022 saat meliput serangan militer Israel di kota Palestina, Jenin, di wilayah Tepi Barat yang diduduki. Kematian wartawan Palestina-Amerika terkemuka memicu kemarahan Palestina dan kecaman dunia internasional.
Rekaman video memperlihatkan Abu Akleh, mengenakan rompi biru bertanda "Pers" ketika dia ditembak. Setidaknya dua rekannya yang bersamanya mengatakan mereka berada di bawah tembakan penembak jitu Israel tanpa berada di dekat militan.
Israel telah membantah bahwa salah satu tentaranya membunuh Abu Akleh dengan sengaja dan mengklaim bahwa dia mungkin terkena tembakan tentara yang salah atau oleh peluru dari salah satu pria bersenjata Palestina yang dikatakannya bentrok dengan pasukannya di tempat kejadian.
Bulan lalu, kantor hak asasi manusia PBB mengatakan informasi yang dapat dikumpulkan dari insiden tersebut menunjukkan bahwa Abu Akleh telah dibunuh oleh tembakan dari militer Israel dan bukan dari Palestina.
Perdana Menteri Israel Yair Lapid mengatakan Israel menyesali kematian Abu Akleh tetapi mengatakan penyelidikan militer Israel telah menyimpulkan tidak ada niat untuk menyakitinya dan dia memberikan dukungan penuh kepada Pasukan Pertahanan Israel.
Militer Israel mengatakan akan terus menyelidiki insiden tersebut dan keputusan apakah akan meluncurkan tuntutan pidana akan dibuat setelah pemeriksaan operasional.
Menteri Pertahanan Benny Gantz mengatakan pasukan Israel telah menanggapi tembakan keras dari orang-orang bersenjata di kota itu, yang menampung sebuah kamp pengungsi yang ramai yang telah menyaksikan bentrokan reguler antara warga Palestina dan pasukan Israel.
"Yang pertama memikul tanggung jawab dalam peristiwa semacam itu, adalah teroris yang beroperasi dari pusat-pusat populasi," katanya.