Society 5.0 Bukan Sekadar Isu Teknologi Digital, Ini Kata Para Pakar

Senin 27 Jun 2022, 15:00 WIB
Teknologi digital

Teknologi digital

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Society 5.0 adalah isu peradaban bukan sekedar isu teknologi digital.

Pernyataan ini datang dari Guru Besar Ilmu Komputer Universitas Sampoerna Teddy Mantoro.

Dia menyampaikan kesiapan Indonesia menghadapi era Society 5.0 dari sisi sumber daya manusia dalam kuliah umum ECI yang digagas oleh Enterpreneur Club Indonesia (ECI).

Menurutnya, jumlah ahli teknologi informasi dan digital yang tersedia di negeri ini masih sangat kurang jika dibandingkan dengan yang dibutuhkan.

“Ini pekerjaan rumah yang besar bagi semua pihak agar Indonesia tidak menjadi penonton di era Society 5.0 ini. Ada isu-isu makro yang segera harus dibereskan termasuk perangkat regulasi supaya Indonesia mampu mengejar ketertinggalan dan sanggup bersaing dalam era Society 5.0 ini,” katanya seperti dikutip dari Antara pada Minggu (26/6/2022).

Sementara Dosen Ilmu Komputer Universitas Indonesia Riri Satria menjelaskan perbedaan istilah society dan industry walau saling beririsan.

Dia menyebut industrial revolution sebagai adalah tatanan industri dan ekonomi sementara itu society adalah tatanan peradaban.

Saat ini dunia sedang berada dalam era industrial revolution 4.0 serta society 5.0 yang dikenal dengan istilah masyarakat cerdas.

“Dengan demikian jika kita membahas tentang society 5.0 maka ruang lingkupnya lebih luas jika dibandingkan industry 4.0. Society 5.0 harus dilihat sebagai sesuatu yang sangat holistik karena ini adalah isu peradaban,” ucap Riri Satria.

Dia melanjutkan,”Kita tidak bisa mengkerdilkan isu society 5.0 yang hanya sebatas teknologi digital. Society 5.0 tidak hanya itu.”

“Ilmu ekonomi, ilmu sosial, ilmu budaya, bahkan filsafat harus ikut mengawal bahkan mengisi pembentukan society 5.0. Jangan sampai semua aspek hidup kita diatur oleh algoritma yang dijalankan mesin," imbuh Riri Satria. 

Dia menjelaskan keterkaitan society 5.0 dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs) yang sedang digagas saat ini dan humanities revolution 4.0 yang dikenal dengan istilah digital human.

Dosen Teknologi Informasi Swiss German University Alva Erwin menjelaskan lebih spesifik teknologi-teknologi baru yang menjadi jantung perubahan menuju society 5.0.

Dia mengatakan bahwa teknologi blockchain ini sesungguhnya bukan hanya sekadar teknologi. Melainkan perubahan paradigma. Bahkan sebagai budaya baru di mana terjadi desentralisasi, hilangnya intermediary, serta munculnya kontrak sosial terpercaya yang disepakati bersama. Mata uang kripto dan NFT adalah dua bentuk dari penetapan teknologi blockchain ini.

Di samping itu Pengamat Perilaku Media Sosial Kris Moerwanto menyoroti isu perilaku dan budaya masyarakat dalam menggunakan teknologi sebagai bagian dari era society 5.0. Prinsipnya teknologi itu memiliki sebuah prasyarat perilaku.

Jika perilaku masyarakat pengguna teknologi tidak sesuai dengan hakekat teknologi itu sendiri maka teknologi tidak akan memberikan manfaat yang optimal.

Bahkan mungkin menjadi tidak memiliki manfaat sama sekali selain sebagai media hiburan semata. Di sinilah letak peran pentingnya pendidikan kepada masyarakat sebagai pengguna teknologi agar menjadi cerdas sesuai dengan society 5.0.

Pendiri ECI Network Pinpin Bhaktiar menjelaskan situasi saat ini berada di antara alam optimisme dan sikap kritis.

“Banyak pekerjaan rumah yang harus kita selesaikan namun kita harus tetap optimis bahwa kita mampu memasuki era society 5.0 dengan baik dan menjadi tuan rumah di negeri sendiri,” pungkas Pinpin Bhaktiar. ***

Berita Terkait
News Update