Penjelasan Ahli Forensik Terkait Ungkapan Ridwan Kamil Soal Jenazah Eril Ditemukan Utuh Usai Tenggelam 14 Hari di Sungai Aare

Jumat 10 Jun 2022, 18:29 WIB
Eril telah ditemukan oleh tim pencari Swiss (Foto: ist.)

Eril telah ditemukan oleh tim pencari Swiss (Foto: ist.)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil mengungkapkan bahwa jenazah Eril, putra sulungnya, saat ditemukan masih dalam keadaan utuh usai tenggelam 14 hari di Sungai Aare, Kota Bern, Swiss. 

Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ridwan Kamil melalui unggahan di akun Instagramnya. 

Dalam unggahannya, kang Emil sapaan akrabnya menyatakan jika jenazah sang putra ditemukan dalam keadaan utuh dan mengeluar wangi daun eucalyptus.  

"Masya Allah, walau sudah lewat 14 hari, jasadnya masih utuh lengkap tidak kurang satu apapun. Wajah rapi menengok ke kanan dan saya bersaksi, jasad Eril wangi seperti wangi daun eucalyptus. Alhamdulillah Ya Allah," tulis Ridwan Kamil seperti dilihat poskota.co.id di akun Instagramnya.

 

Spesialis Ahli Forensik dan Medikolegal dr. Agus Purwadianto, di kediaman di Kp. Rawa Jakarta Pusat. (Foto: CR08/there/pooskota)

Lebih lanjut, ia mengucapkan rasa syukurnya karena dapat diberikan kesempatan untuk memeluk dan memandikan anaknya untuk terakhir kali. 

"Alhamdulillah Ya Allah, akhirnya Engkau memberikan kesempatan saya untuk kembali memeluk, membelai, dan memandikan anak saya sesuai syariat Islam," ujar Ridwan Kamil.

Terkait hal itu, berikut ini penjelasan ahli spesialis forensik dan Medikolegal Dr. Agus Purwadianto yang mengungkapkan alasan secara ilmiah bahwa kondisi jenazah Eril bisa ditemukan masih utuh. 

"Pertama kami mengucapkan duka cita ya atas kematian dari saudara Eril, mudah-mudahan Husnul khatimah insha Allah," kata  Dr. Agus Purwadianto, saat ditemui poskota dikediamannya di Kampung Rawa, Jakarta Pusat pada Jumat (10/6/2022).

Kemudian penjelasannya sepanjang memang itu betul, itu memang ada beberapa teori pertama adalah biasanya kalau tenggelam di air itu memang lebih lambat dibandingkan dengan udara terbuka.

"Kedua, adalah pada situasi udara atau di dalam air tadi yang dingin, bakteri-bakteri pembusuk itu yang ada di dalam usus tidak bisa langsung berkembang, itu mungkin juga mengalami suatu hambatan dengan demikian maka keutuhan tadi masih bisa tetap dipertahankan sama seperti ketika jenazah itu disimpan di lemari es, " kata Dr. Agus Purwadianto.

Agus Purwadianto juga memaparkan faktor-faktor dari luar yang dapat menyebabkan kondisi mayat Eril tidak membusuk usai tenggelam didasar sungai selama 14 hari. 

"Nah kemudian, itu juga dilihat faktor-faktor dari lingkungan yang lain, kalau utuh berarti memang tidak ada luka, itu memang faktor -faktor pembusukan yang berasal dari kuman atau bakteri yang ada dari luar, itu juga terhambat, dengan demikian, maka, fenomenanya adalah memang betul-betul utuh, itu yang menjadi dasar, kenapa kok jenazah itu masih utuh," sambungnya

Lebih lanjut, pihaknya juga menyebutkan sejumlah faktor dari luar yang membuat jenazah putra sulung Ridwan Kamil itu masih dalam keadaan utuh dan tidak rusak. 

"Justru itu, jadi pertama adalah suhu, suhu dingin memang suasana ataupun situasi di sana kan adalah berenang ya, jadi yang saya tangkap memang karen cuaca yang dingin tadi," tambahnya.

"Yang kedua adalah memang karena bersih tadi, sehingga memang terhalang oleh bakteri-bakteri yang ada di luar, ada di udara bebas dan suasana dingin maka, enzim-enzim yang berguna untuk pembusukan yaitu menjadi terhambat," kata  Dr. Agus Purwadianto.

"Dengan demikian maka relatif tubuh itu masih segar, dan memang tidak ada aliran yang ada itu tidak cukup banyak tadi, mungkin ada batu, ada karang atau ada serangga, atau ada binatang-binatang pemakan ya, jadi itu keutuhan jika lingkungan sekitar tidak ada hewan-hewan pemangsa dan merusak tubuh manusia," terangnya

Agus juga menerangkan bahwa lingkungan tempat Eril ditemukan dinilai bersih dan dingin, sehingga bakteri dari luar maupun dari dalam tidak bisa hidup tahan lama dan tidak bisa berkembang untuk melakukan pembusukan. 

"Iya, bakteri luar tadi seperti yang sudah saya katakan, mungkin karena bersih, dan dingin itu tidak bisa hidup tahan lama di situ, dan pembusukan justru dari dalam, bakteri di dalam usus itu juga tidak bisa berkembang," katanya.

Hal itu, lanjutnya, karena langsung memang udaranya dingin dan metabolisme yang ada karena memang, untuk pembusukan membutuhkan panas.

"Artinya suhu tubuh yang 37 derajat tadi langsung dingin, begitukan,itu juga menyebabkan turunnya yang terlalu tiba-tiba, itu menghentikan semua panas tubuh yang berguna untuk pembusukan, " tutupnya. (Cr08)

Foto dok. ( Emmeril Khan Mumtadz/Instagram/ Cr08)

Foto dok. ( Cr08/ di Kp. Rawa Jakarta pusat, kediaman dr. Agus Purwadianto)

Berita Terkait

News Update