Ketegangan Hubungan Rusia dengan Israel Gegara Pengiriman Peralatan Militer Israel ke Ukraina

Minggu 22 Mei 2022, 19:00 WIB
Bendera Israel dengan bendera Rusia.

Bendera Israel dengan bendera Rusia.

POSKOTA.CO.ID - Ketegangan Rusia dengan Israel mengalami peningkatan karena sikapnya atas Ukraina.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Mikhail Bogdanov dengan tajam mengkritik Israel dalam sikap terbarunya para hari Kamis (19/05/2022).

"Posisi Tel Aviv telah membuat Rusia merasa frustrasi," ucapnya sembari menyerukan peran dan sikap yang lebih seimbang Israel.

Mikhail Bogdanov mengkritik pengiriman peralatan militer Israel ke tentara Ukraina sebagai tanda sikap bermusuhan Tel Aviv terhadap Moskow.

Pejabat Rusia ini menekankan bahwa Moskow memiliki pendekatan negatif terhadap masalah pengiriman peralatan militer Israel untuk mempersenjatai tentara Ukraina.

Israel hari Rabu (18/5/2022) mengumumkan telah mengirim 2.000 helm dan 500 rompi antipeluru untuk tentara Ukraina.

Mikhail Bogdanov menyatakan negaranya terkejut dengan kebijakan permusuhan Israel terhadap Rusia dan dukungannya untuk Ukraina dan bahwa Moskow tertarik dalam pembicaraan dengan para pemimpin Tel Aviv.

Israel mengutuk invasi Rusia ke Ukraina dan pada awal konflik telah mengambil apa yang disebut posisi mediasi dalam hal ini.

Tetapi Israel secara bertahap mengambil sikap yang lebih keras dan lebih kritis terhadap Moskow. Sekarang mengirim peralatan militer ke tentara Ukraina yang praktis berada di kubu Barat melawan Rusia.  

Sikap provokasi Tel Aviv ini telah membangkitkan kemarahan Moskow.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova sebelumnya menuduh Israel mendukung Neo Nazi di Ukraina. Dia pun mengkritik pernyataan Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid.

"Pernyataan yang tidak konsisten dengan sejarahnya telah mendapat perhatian Moskow. Pernyataan yang secara luas mencerminkan pendekatan pemerintah Tel Aviv saat ini untuk mendukung rezim Neo Nazi Kyiv," ungkap Maria Zakharova.

Dia menegaskan kembali bahwa akar Yahudi dari Presiden Ukraina tidak akan menjamin bahwa dia tidak akan mendukung penyebaran paham Neo Nazi di negaranya.

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov membuat pernyataan kontroversial sekitar tiga pekan lalu.

Dia menganggap pemimpin Nazi Jerman Adolf Hitler sebagai keturunan Yahudi sehingga menyebabkan kontroversi besar dalam hubungan antara Moskow dan Tel Aviv.

Pernyataan itu dikutuk para pejabat Israel secara luas. Tidak lama setelah itu Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menyatakan bahwa dalam percakapan telepon dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, dia telah  meminta maaf atas pernyataan Lavrov. Namun, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov membantah klaim tersebut.

Sekarang dengan dimulainya pengiriman yang disebut bantuan kemanusiaan Israel ke Ukraina dan kemudian pengiriman peralatan militer ke Kyiv maka jelas bahwa Tel Aviv sebenarnya telah memasuki arena perang Ukraina yang merugikan Rusia.

Israel menyatakan telah mengirim sekitar 100 ton bantuan kemanusiaan ke Ukraina dan mendirikan rumah sakit lapangan di barat negara ini selama enam pekan.

Perubahan bertahap sikap Israel dalam perang Ukraina telah menjadi sangat mahal bagi Rusia yang selalu menganggap memiliki hubungan baik dengan Tel Aviv dan selalu menyambut para pemimpin Israel dengan hangat.

Tindakan bermusuhan Tel Aviv ini tidak jauh dari mata Moskow. Oleh karena itu reaksi Rusia terhadap tindakan Israel ini secara bertahap menjadi jelas. Ini termasuk sambutan hangat dari delegasi Hamas di Moskow.

Untuk pertama kalinya, sebuah laporan telah dirilis tentang penembakan sistem pertahanan udara S-300 Rusia untuk melawan serangan udara Israel baru-baru ini terhadap posisi di Suriah.

Tindakan Rusia ini merupakan peringatan bagi Tel Aviv bahwa tindakan dukungannya terhadap Ukraina tidak akan dibiarkan begitu saja. Media-media Israel mengatakan dalam sebuah analisis bahwa penembakan Rusia terhadap jet-jet tempur Israel di Suriah dapat menunjukkan perubahan signifikan dalam sikap Moskow terhadap Israel.

Sekalipun demikian Mikhail Bogdanov menyebut laporan berbagai media terkait penggunaan sistem S-300 yang dilakukan militer Rusia di Suriah atas jet-jet tempur Israel tidak benar. ***

Berita Terkait

News Update