Orang Dengan HIV Uji Coba Obat Suntik

Minggu 22 Mei 2022, 10:00 WIB
Antiretroviral

Antiretroviral

AFRIKA, POSKOTA.CO.ID - Uji coba obat suntik antiretroviral dikembangkan untuk mengatasi stigma buruk terkait pasien HIV positif di Afrika.

Obat ini sedang diuji di Kenya, Uganda, dan Afrika Selatan.

Setiap dua bulan sekali obat ini diinjeksikan.

Satu setengah juta orang di Kenya positif HIV dan satu juta di antaranya diperkirakan menerima obat antiretroviral.

Namun stigma buruk terhadap orang dengan HIV membuat banyak orang malu mengonsumsi obat itu menurut Kementerian Kesehatan negara tersebut.

Penggunaan obat yang tidak konsisten membuat kemanjuran obat tidak seefektif yang seharusnya.

Stigma buruk masih menjadi penghalang bagi orang untuk menjalani tes di negara-negara Afrika bahkan di mana pengobatan tersedia. Hal ini berdasarkan laporan Perpustakaan Umum Ilmu Pengetahuan AS (USPLS).

Fakta ini mendorong sejumlah ilmuwan mengembangkan obat yang dikonsumsi dalam frekuensi yang lebih jarang sehingga bisa lebih memberikan kerahasiaan. Obat suntik tersebut saat ini sedang diujicoba di Kenya, Uganda, dan Afrika Selatan.

Benta Agola adalah orang dengan HIV. Dia tertarik pada prospek obat-obatan seperti itu.

"Saya siap untuk menerimanya dan saya menantikannya. Saya merasa hidup saya sudah hampir seperti orang normal. Sepertinya HIV tidak lagi menjadi ancaman bagi hidup saya," katanya seperti dikutip dari Associated Press pada Kamis (19/05/2022).

Benta Agola telah hidup dengan virus itu selama 21 tahun dan menghadapi banyak tantangan dan diskriminasi karena adanya stigma buruk terhadap orang seperti dirinya.

"Kelak saya tidak harus lagi membawa-bawa obat antiretroviral dalam tas. Tidak ada yang akan tahu bahwa saya positif. Obat-obatan dengan frekuensi penggunaan yang jarang akan membuat orang bersedia memeriksakan diri dan memanfaatkannya," tutur Benta Agola.

Uji coba terhadap 160 pasien sedang berlangsung di Kenya di mana mereka disuntik dengan obat rilpivirine dan cabotegravir pada bulan Maret.

Obat-obatan yang secara sederhana disebut ARV ini sebetulnya sudah disetujui badan-badan pengawas obat Inggris dan di AS. Tetapi para dokter di Afrika mengatakan obat tersebut perlu diujicobakan terlebih dahulu di benua itu.

Pakar Penyakit Menular dari Rumah Sakit Nasional Kenyatta Wangui Kamau merupakan salah satu menekankan pentingnya ujicoba itu. Tetapi dia percaya kehadiran ARV sangat dibutuhkan.

“Obat oral antiretroviral yang digunakan selama ini harus dikonsumsi setiap hari. Ini bisa memicu perasaan jenuh terhadap obat itu apalagi penyandang HIV sering menghadapi stigma buruk. Terkadang mereka berhenti mengonsumsi bukan karena merasa malu melainkan karena obat itu seakan mengingatkan mereka setiap hari bahwa mereka hidup dengan virus dalam tubuh mereka.”

Lebih dari 18 juta orang menjalani pengobatan HIV seumur hidup di berbagai penjuru dunia saat ini menurut WHO.

Organisasi itu mengatakan sekitar jumlah yang sama belum memiliki akses sama sekali ke pengobatan itu.

Studi obat suntik antiretroviral di Afrika diperkirakan akan membutuhkan waktu hingga dua tahun. ***

Berita Terkait
News Update