Petani sawit. (foto: ist)

NEWS

Desak Pemerintah Bantu Petani Sawit Rakyat, DPR: Mereka Tak Tahan Tanggung Beban Harga TBS yang Anjlok

Rabu 18 Mei 2022, 13:46 WIB

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Kebijakan pemerintah melarang ekspor CPO dan turunannya harusnya diikuti dengan kebijakan pembelian tandan buah segar (TBS) sawit oleh pemerintah melalui BUMN dan lembaga terkait.

Hal ini perlu dilakukan agar hasil panen petani sawit rakyat tetap tersalurkan ke industri yang membutuhan. Dengan begitu, harga jual TBS tetap terjaga.

Demikian dikatakan anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, menanggapi aksi unjuk rasa ratusan petani rakyat di Kantor Menteri Koordinator Perekonomian, Istana, dan Patung Kuda Kebon Sirih, Selasa (15/5) kemarin.

Mulyanto menyebut pemerintah harus membuat kebijakan yang terintegrasi agar tidak ada pihak yang dirugikan atas pemberlakuan sebuah kebijakan.

"Mereka sudah tidak tahan lagi menanggung beban atas anjloknya harga TBS sejak Presiden Jokowi mengumumkan pelarangan ekspor CPO dan turunannya (22/4)," ujar Mulyanto kepada Poskota, Rabu (18/5/2022).

Mulyanto mengatakan pembelian TBS sawit oleh pemerintah sangat dimungkinkan. Sebab, saat ini pemerintah sedang gencar memproduksi biofuel. Jadi tidak ada alasan bagi pemerintah untuk tidak membeli hasil panen sawit rakyat.

Wakil Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera DPR RI ini menilai pemerintah memang menghadapi  kondisi yang dilematis. Meski begitu, ia minta pemerintah jangan takluk terhadap mafia migor dan pengusaha nakal lalu tunduk mencabut kebijakan larangan ekspor CPO tersebut.

"Pemerintah jangan plin-plan dan mencla-mencle dengan kebijakan larangan ekspor CPO ini. Harga migor curah masih bertengger di angka Rp 19.100 per kg (Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional 17/5). Jauh di atas HET yang sebesar Rp 15.500 per kg," kata Mulyanto.

Sebab itu, Mulyanto mendesak pemerintah segera menolong nasib para petani sawit rakyat dengan memberikan insentif.

Pemerintah harus bertanggung-jawab atas kebijakan yang diputuskannya terutama kepada pihak yang paling rentan terdampak. Apalagi pandemi belum berakhir dan daya beli mereka masih lemah.

Menurut Mulyanto, insentif penting untuk meringankan petani sawit rakyat adalah dengan menyerap produk TBS tersebut dengan harga yang wajar.  Misalnya dengan membeli dan mengolah biofuel yang bersifat mandatori dari sawit rakyat serta insentif pupuk.

Selain itu BUMN Perkebunan dan anak perusahaannya yang mengolah hasil perkebunan harus didorong Pemerintah untuk meningkatan serapan produk TBS petani sawit rakyat tersebut.

Langkah ini menurut Mulyanto akan cukup membantu para petani sawit rakyat selama masa pelarangan ekspor CPO.

Untuk diketahui, dari data Kementerian Pertanian, pada tahun 2019 luas lahan sawit rakyat sebesar 5.9 juta hektar atau sekitar 41 persen dari luas total lahan sawit nasional. Lahan BUMN hanya sebesar 4 persen.

Sisanya sebesar 55 persen adalah lahan sawit dari swasta besar.  Dengan kebijakan pelarangan ekspor CPO dan turunannya, maka proporsi sawit rakyat yang terdampak cukup besar.

Diinformasikan, menyusul kebijakan pelarangan ekspor CPO dan seluruh turunannya dari Presiden Jokowi diumumkan (22/4), harga TBS kelapa sawit dari petani rakyat langsung anjlok.

Harga TBS petani hari ini hanya mencapai  Rp 1.200 per kg.  Apalagi untuk TBS dari petani yang non-kemitraan. Jauh dari sebelumnya dimana buah sawit petani dihargai Rp 3.600 sampai Rp4.000/Kg.(*)

Tags:
DPR minta pemerintah bantu petani sawitpetani sawit tak tahan tanggung beban harga TBSPetani SawitDPRTBS

Administrator

Reporter

Administrator

Editor