Diana Anggraeni Raih Gelar Doktor dari IPB, Jadikan Radio Komunitas Sebagai Agen Perubahan di Masyarakat

Selasa 29 Mar 2022, 20:08 WIB
Dr. Diana Anggraeni, M.M, M.I.Kom. (dok pribadi)

Dr. Diana Anggraeni, M.M, M.I.Kom. (dok pribadi)

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, Diana Anggraeni baru saja meraih gelar Doktor dari Institut Pertanian Bogor (IPB), pada Senin (28/3/2022) melalui sidang terbuka secara virtual.

Dengan mengangkat disertasi berjudul 'Radio Komunitas sebagai Agen Perubahan Kesadaran Kritis pada Masyarakat di Sawangan dan Ujungberung', Diana yakin keberadaan radio komunitas yang ditelitinya tersebut dapat memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat Indonesia khususnya masyarakat lokal.

"Radio komunitas merupakan media warga yang memiliki ciri dari, untuk dan oleh komunitas. Sehingga tujuannya sangat jelas yaitu memenuhi kebutuhan komunitas. Keutamaan radio komunitas (rakom) adalah adanya partisipasi dan mengangkat kearifan lokal," kata Diana Anggraeni dalam sidang disertasinya tersebut.

Menurutnya, pembangunan di Indonesia saat ini mengarah kepada paradigma bottom up yang mensyaratkan keterlibatan masyarakat.

Partisipasi membutuhkan kesadaran, namun beberapa kajian tentang rakom justru menemukan rendahnya partisipasi.

Salah satu faktor penyebab adalah tekanan struktur dan sistem.

"Penelitian ini mengambil lokasi penelitian di dua rakom di wilayah perkotaan yang sarat dengan tekanan seperti sikap masyarakat yang individual dan masa bodoh, tidak peduli dengan permasalahan di sekitarnya, kemudahan mendapatkan informasi yang bersifat umum namun justru mengabaikan kondisi disekitarnya, pesatnya pembangunan yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan minimnya perhatian terhadap potensi lokal," paparnya.

Dalam sidang terbuka tersebut, Penguji Disertasi, Prof. Andi Faisal Bakti, MA., Ph.D mempertanyakan perihal agen perubahan terkait hasil penelitian yang dibutuhkan Pemerintah dan masyarakat.

"Semisal di Indonesia itu ada 450 Bupati, bagaimana cara menyampaikan hasil penelitian ini karena ada karakteristik khusus radio komunitas, semisal kalau di Jaman Presiden Soeharto kan ada program swasembada pangan yang disiarkan juga di radio, bagaimana itu," kata Prof. Andi Faisal Bakti, MA., Ph.D.

Dengan tegas dan tepat sasaran Diana Anggraeni menjawab jika penelitiannya tersebut bertujuan melakukan proses pembangunan dari bawah terutama program-program yang ada di masyarakat.

"Memperkenalkan model pembangunan masyarakat dari level bawah bukan dari level atas ke bawah, karena beberapa negara seperti Jepang, Korea dan lainnya juga memperkenalkan model pembangunan seperti ini dan sukses, jadi manusia sangat aktif sekali memaknai realitas dan faktor-faktor yang ada sehingga terbentuklah komunikasi agen perubahan. Pembangunan butuh partisipasi dan butuh kesadaran maka perlu difasilitasi dalam sebuah wadah," jawabnya.

Sasaran utama dari penelitian disertasi ini adalah untuk lebih memahami bagaimana proses kesadaran pada khalayak komunitas dalam aktivitas yang dilakukan sehingga mampu mengembangkan potensi lokal dan ikut berpartisipasi dalam upaya memperbaiki masalah yang ada disekitarnya.

Potensi lokal menjadi perhatian karena justru inilah yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dan wilayah itu sendiri.

Masih banyak masyarakat yang belum memahami beda radio komunitas dengan radio mainstream (swasta ataupun publik).

"Jika radio swasta lebih kepada selera pasar, lebih banyak bersifat menghibur dan mendapatkan penghasilan dari iklan, maka radio komunitas pengelolaannya dibuat berdasarkan kesepakatan komunitas untuk memenuhi kebutuhan komunitas, menggunakan dialek lokal atau kebiasaan masyarakat setempat," tambahnya.

Menurutnya, karakteristik rakom berbeda dari radio komersil seperti daya jangkau, tayangan iklan yang terbatas sehingga menimbulkan masalah pada pendapatan yang masuk yang akan digunakan untuk biaya operasionalisasi radio, juga kendala sumber daya manusia di mana rata-rata penyiar maupun manajemen merupakan individu yang tidak mempunyai latar belakang jurnalistik.

Ditengah maraknya media digital, keberadaan radio komunitas masih sangat relevan saat ini karena karakteristiknya tersebut.

Rakom di wilayah perkotaan menjadi wadah melakukan komunikasi dan interaksi dialogis untuk melakukan kegiatan seperti pentas seni budaya dan kegiatan pelestarian lingkungan.

Dr. Diana Anggraeni, M.M, M.I.Kom. (dokumen pribadi)

"Rakom juga memiliki landasan hukum tersendiri yakni Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 51 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (PERMEN), Nomor 39 Tahun 2012. Saya menggunakan metode penelitiannya paradigma kritis, dengan pendekatan studi kasus," jelasnya.

Dosen Kelahiran Surabaya, 7 Januari 1972 ini mengatakan jika disertasinya tersebut menghasilkan model pembangunan kesadaran kritis yang dapat digunakan untuk memahami pendekatan komunikasi dalam dialog dan tindakan manusia melalui komunitas untuk mendorong khalayak komunitas dan masyarakat berperan aktif dalam pembangunan wilayahnya dengan pendekatan bottom-up dan horizontal.

"Dengan berpartisipasi khalayak komunitas menyadari pentingnya mereka bersuara dalam mengambil keputusan untuk memperbaiki hidupnya," ucapnya.

Disertasinya tersebut mendapat pembimbingan dari Komisi Pembimbing yaitu Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS (IPB University), Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS (IPB University), dan  Prof. Andi Faisal Bakti, MA., Ph.D (UIN Syarif Hidayatullah).

Bertindak sebagai Penguji Luar Komisi adalah Dr. Ir. Wahyu Budi Priyatna, M.Si dan Mario Antonius Birowo, Ph.D. Penguji mewakili Prodi Komunikasi Pembangunan Dr.  Ir. Djuara P. Lubis, MS (IPB University) dan selaku pimpinan sidang adalah    Dekan Fakultas Ekologi Manusia IPB University Prof. Dr. Ir Ujang Sumarwan, M.Sc

Selain menyelesaikan Program Doktoral (S3) di IPB, Diana Anggraeni juga pernah menempuh pendidikan jenjang Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Nasional, pada tahun 1996.

Jenjang pendidikan pascasarjana (S2), dilakukan sebanyak dua kali, yakni pertama pada Program Magister Manajemen (MM) di Universitas Mercubuana pada tahun 2005-2007 dan Program Magister Ilmu Komunikasi (M. I.Kom) di Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (IISIP) Jakarta pada tahun 2013-2015.

Sebelum menjadi staf pengajar di Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Pancasila pada tahun 2009, peneliti pernah bekerja pada beberapa perusahaan swasta terkenal. (*/mia)

News Update