ADVERTISEMENT

Harga Minyak Goreng Mahal, Guru Besar Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila: Supply dan Demand Harus Seimbang

Senin, 28 Februari 2022 23:04 WIB

Share
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Prof. Dr. Sri Widyastuti. (mia)
Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Prof. Dr. Sri Widyastuti. (mia)

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

JAKARTA, POSKOTA.CO.ID - Dampak ekonomi akibat Pandemi Covid-19 begitu besar bagi masyarakat Indonesia, sehingga menyebabkan harga-harga bahan pokok pun melambung tinggi akhir-akhir ini.

Sebut saja harga minyak goreng melonjak secara signifikan dari harga Rp 14 Ribu per liter, kini menjadi Rp 20 Ribu hingga Rp25 ribu perliter.

Aksi kejahatan penimbunan minyak goreng pun marak di berbagai daerah di Tanah Air, akibat langkahnya stok minyak goreng.

Bahkan polisi di beberapa daerah berhasil meringkus pelaku dan mengamankan ribuan ton minyak goreng.

Terbaru Polres Jakarta Selatan berhasil membongkar penimbunan minyak goreng sebanyak 26 ton pada Sabtu, 26 Februari 2022.

Beberapa waktu lalu, krisis miyak goreng tersebut ditanggapi Pemerintah melalui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto yang memutuskan untuk menyeragamkan harga minyak goreng di seluruh Indonesia sebesar Rp14 Ribu, namun hal tersebut tidak menjadikan harga minyak goreng stabil melainkan stok minyak goreng semakin 'menghilang' dari minimarket alfamart dan indomaret yang ditunjuk resmi pemerintah.

Antrian minyak goreng pun mengular baik di pasar tradisonal maupun di minimarket dan super market.

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Prof. Dr. Sri Widyastuti. (mia)

Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Pancasila, Prof. Dr. Sri Widyastuti, SE, MM, M.Si mengatakan kelangkaan minyak goreng akibat permintaan yang tinggi dari masyarakat namun tidak disertai dengan produksi yang tinggi dari para pengusaha minyak goreng.

"Jadi ketika demand lebih tinggi dari pada supply maka harga barang akan mahal, semisal pengusaha kita disini memproduksi minyak goreng berlebih, namun ketika di ekspor ke luar negeri ke negara-negara di Eropa, lalu disana kurang peminatnya, maka akan merugi. Itu juga bisa jadi salah satu pemicu naiknya minyak goreng di dalam negeri," kata Prof. Dr. Sri Widyastuti, saat ditemui di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Pancasila, belum lama ini.

Halaman

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

Komentar
limit 500 karakter
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE.
0 Komentar

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT

ADVERTISEMENT