BOGOR, POSKOTA.CO.ID – Sebanyak 31 dari 43 santri Pondok Pesantren Alam Islami Center (AIC) di Kampung Cikeas Ilir, Desa Ciangsana, Gunung Putri, Bogor yang keracunan makanan saat ini kondisinya sudah membaik.
Pengurus Pondok Pesantren Alam Islamy Center, Ustat Hendrik Kurniawan, mengatakan, 43 santriawan dan santriwati yang keracunan makanan tersebut menjalani perawatan di RS Thamrin Cileungsi.
"Dari total santri yang ada 43 orang terdiri dari laki-laki dan wanita usia antara 5 hingga 70 tahun penjaga ponpes yakni diantaranya sebanyak 31 santri sudah diperbolehkan pulang pada pukul 01.00 WIB dini hari tadi. Sedangkan 12 santri lainnya masih ada gejala masih di rawat tim dokter rumah sakit Thamrin Cileungsi," ujar Hendrik kepada Poskota, Sabtu 26 Maret 2022.
Diceritakan Ustat Hendrik, kronologis para santri keracunan makanan sekitar pukul 13.00 WIB sesuai salat Jumat.
Para santri megalami muntah dan pusing setelah menyantap makanan dari pemberian donatur berupa nasi bungkus.
"Pengiriman nasi dari donatur sudah setahun ini tidak kenapa-kenapa. Malah baru kali ini ada kejadian seperti ini. Setelah ada gejala muntah-muntah dan pusing pertolongan pertama kita kasihkan minum air kelapa muda dan susu beruang," katanya.
Dikhawatirkan terjadi hal yang tidak diinginkan pihak pesantren pun langsung menghubungi tenaga kesehatan dari Puskesmas Ciangsana.
"Dibantu mobil ambulan dari puskesmas Ciangsana serta dokter dari Masjid Darussalam Kota Wisata, 43 santri termasuk seorang penjaga Ponpes usia 70 tahun ada gejala usai menyantap makanan langsung dilarikan ke UGD RS Thamrin Cileungsi,"ungkapnya.
Meski sudah ada sebagian besar santri termasuk penjaga ponpes sudah diperbolehkan pulang, ada 12 santri putra dan putri yang berusia belasan tahun masih harus menjalani perawatan rumah sakit.
"Santri yang masih dirawat masih ada gejala pusing dan mual sehingga yang paling tahu pihak rumah sakit kapan diperbolehkan pulang atau tidak terpenting sembuh dulu," pungkasnya.
Untuk memastikan para santri keracunan makanan dari donator, pihak Puskesmas Ciangsana dan Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor saat ini telah melakukan uji laboratorium terhadap sampel makanan.
"Dalam peristiwa ini menganggap sebagai musibah dan tidak akan diperpanjang ke ranah hukum. Apalagi ini mau mendekati bulan suci ramadhan kita anggap sebagai musibah saja," pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Puskesmas Desa Ciangsana, Dokter Liska mengatakan kondisi para santri sampai saat ini sudah lebih baik dan masih ada 12 orang yang dirawat di rumah sakit.
"Tim kita dibantu langsung dari Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor telah mengirimkan sampel makanan berupa nasi, telur, sayuran tempe dan kacang-kacangan usai disantap santri hingga diduga keracunan sudah dibawa uji laboratorium ke Jakarta dan masih kita tunggu hasil kepastiannya," tambah Dokter Liska.
Puskesmas Desa Ciangsana juga mendirikan posko kesehatan sampai kondisi kesehatan para santri dipastikan pulih.
"Tadi ada sebanyak 23 santri yang kita periksa di Posko Kesehatan kondisi gejala ringan saja sehingga dapat diatasi tanpa harus dibawa ke rumah sakit," tambahnya.
Terkait siapa yang membiayai perawatan santri selama di rumah sakit, Liska mengaku tidak megetahuinya.
"Untuk soal biaya pengobatan itu wewenang Dinas langsung," singkatnya.
Terkait masalah dugaan kasus keracunan para santri AIC, Kapolsek Gunung Putri Bayu Tri Nugraha, mengatakan, pihaknya masih mencari identitas donatur yang telah memberikan nasi kotak ke santri.
"Kita menduga makanan yang diberikan oleh donatur itu sudah tidak layak dikonsumsi," tutupnya.
"Anggota sedang mengecek identitas dari donaturnya ke pesantren. Dugaan sementara akibat makanan yang sudah kurang layak,” tambahnya.
Sedangkan salah satu santri yang turut menjadi korban, Nikita (12) mengungkapkan, makanan dari donator tersebut terasa normal di lidahnya.
"Enak-anak saja seperti biasanya tidak ada keanehan rasa atau bentuk dari makanan itu," ujar santriwati.
Kendati demikian dikatakan Nikita, setelah menyantap nasi kotak, beberapa jam kemudian dirinya merasa mual dan pusing.
"Itu gejala muntah-muntah dan pusing tidak hanya saya saja satu kamar semua juga sama usai memakan nasi pemberian dari donatur," tutupnya. (angga)