BAGI masyarakat Indonesia, pawang nggak asing bagi mereka. Katakan pawang yang sering kita dengar, ada pawang hujan, pawang binatang buas yang mencakup pawang ular,pawang buaya dan segala jenisnya.
Tapi pawang hujan memang lebih mononjol dan sangat dikenal masyarakat luas. Dalam skala kecil saja, pawang hujan sering dipakai tenaga dan keahliannya dalam acara tertentu, seperti resepsi pernikahan di kampung-kampung dan acara lain yang nggak mengharapkan kehadiran sang hujan.
Disebut pawang hujan karena tugasnya adalah mengalihkan hujan agar tidak turun di wilayah acara tersebut. Tentu saja dengan ‘kemampuannya’ yang diyakini bisa membuat hujan tidak turun di situ.
Pawang adalah dukun yang dengan kemampuannya dianggap bisa menaklukan, ya seperti turunnya hujan. Jika dia pawang binatang, ya tentu saja menaklukan binatang buas, agar bisa nurut dan tidak liar. Para pawang ini biasanya bertugas di kebun binantang yang punya kolesi binatang buas. Tapi, mereka juga bisa beraksi menaklukan binatang di alam liar, sungai atau hutan.
Aksi pawang yang bikin heboh adalah yang terjadi di ajang MotoGP mandalika. Disitu ada wanita pawang yang beraksi sambil membawa dupa sambil melintasi sirkuit, sambil tangannya mengibas-ngibaskan alat yang seolah mengusir sesuatu. Sementara mulutnya pun tak diam, membaca mantera dengan suara lantang.
Tentu saja aksi tersebut mengundang banyak komentar. Ada yang suka, dan sebaliknya nyinyir. Tapi, bagi yang baru melihat, orang luar negeri yang di disitu, misalnya,sepertinya mereka menikmati gaya si wanita pawang manis tersebut.
Memang sih, sebagian masyarakat pun ada yang baru melihat aksi tersebut. Karena biasanya pawang lebih suka bersemedi di satu tempat. Ada juga yang menggunakan media seperti sesaji dan lain-lain.
Ketika Rara muncul banyak banget yang pro- kontra. Ada yang suka, ada juga yang nggak. Bahkan menurut Islam, bahwa lelakon pawang dalam bentuk apapun, adalah sirik.
Kalau begitu, semuanya kembalikan kepada Yang Maha Kuasa. -massoes