FILIPINA, POSKOTA.CO.ID - Fasilitas-fasilitas Filipina akan dibuka bagi pasukan Amerika Serikat seandainya perang Rusia melawan Ukraina memburuk dan melibatkan Amerika Serikat dalam pertempuran itu.
Hal ini berdasarkan perjanjian pertahanan bersama tahun 1951.
Keterangan ini datang dari Duta Besar Filipina untuk AS Jose Manuel Romualdez pada Kamis (10/3/2022).
Dia mengatakan Presiden Rodrigo Duterte membuat pernyataan itu dalam pertemuan baru-baru ini di Manila di mana presiden menyatakan prihatin atas dampak ekonomi global dari krisis yang sedang berlangsung.
Filipina telah mengutuk invasi tersebut dan mendukung resolusi Majelis Umum PBB yang menuntut penghentian segera serangan Moskow dan penarikan semua pasukan Rusia dari Ukraina.
Rodrigo Duterte, yang masa jabatan enam tahunnya berakhir pada Juni, diketahui telah menjalin hubungan yang lebih dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.
Sementara dia sering mengkritik kebijakan keamanan AS pada tahun-tahun pertama kepresidenannya.
Namun Jose Manuel Romualdez mengatakan bahwa Rodrigo Duterte menyatakan kepadanya bahwa invasi Rusia itu merupakan tindakan keliru.
“Dia mengatakan jika AS meminta dukungan Filipina, sangat jelas bahwa Filipina akan siap menjadi bagian dari upaya tersebut. Terutama jika krisis Ukraina ini meluas ke kawasan Asia,'' kata Jose Manuel Romualdez dalam konferensi pers dengan para wartawan di Manila.
“Beri mereka jaminan bahwa jika diperlukan, Filipina siap menawarkan fasilitas apa pun atau apa pun yang dibutuhkan Amerika Serikat untuk menjadi sekutu nomor satu kita.''
Rodrigo Duterte tidak mengungkapkan dalam pidatonya itu mengenai fasilitas Filipina mana yang akan bisa diakses pasukan Amerika.
Tetapi Jose Manuel Romualdez mengatakan ini dapat mencakup pelabuhan Clark dan pelabuhan Teluk Subik di barat laut Manila yang dulu merupakan salah satu pangkalan udara dan angkatan laut Amerika terbesar di luar AS sampai pasukan AS keluar pada awal 1990-an.
Tidak ada komentar langsung dari Rodrigo Duterte atau kantornya mengenai pernyataan Jose Manuel Romualdez ini.
Perjanjian Pertahanan Bersama tahun 1951 mewajibkan Amerika Serikat dan Filipina untuk saling membantu jika terjadi serangan. Para pejabat AS telah berulang kali meyakinkan rekan-rekan mereka di Filipina dalam beberapa tahun terakhir bahwa mereka akan menghormati kewajiban perjanjian mereka jika pasukan, kapal, atau pesawat Filipina diserang di Laut China Selatan yang disengketakan. Termasuk oleh Tiongkok.
Para pejabat keamanan nasional AS telah menjadwalkan pertemuan di Gedung Putih dengan para duta besar Perhimpunan Negara-Negara Asia Tenggara pekan ini untuk membahas sanksi-sanksi yang semakin meluas yang dikenakan oleh AS terhadap Rusia. Termasuk larangan Presiden Joe Biden atas impor minyak Rusia, kata Jose Manuel Romualdez.
Jose Manuel mengetahui bahwa Ukraina telah mengimbau banyak negara, termasuk Filipina, untuk berhenti berbisnis dengan Rusia. Tetapi dia mengatakan tidak mengetahui apakah permintaan tersebut telah secara resmi disampaikan ke Manila.
Topik lain pada pertemuan dengan pejabat AS pekan ini adalah undangan Joe Biden kepada kepala-kepala negara ASEAN untuk mengambil bagian dalam KTT khusus AS pada 28 Maret.
Jose Manuel Romualdez menyebutkan Rodrigo Duterte yang berusia 76 tahun mungkin melewatkan acara tersebut. Karena itu jatuh pada hari ulang tahunnya. Di samping akan berlangsung pada musim pemilu Filipina yang sibuk. ***