Bahan Pangan Naik, Ingat Maret 98

Minggu 06 Mar 2022, 07:00 WIB

Kamis dan Jumat (tanggal 3 dan 4 Maret 2022), saya mendatangi beberapa super market, mini market dan pasar kaget di Jakarta Selatan dan Tangerang (Banten) untuk mendapatkan minyak goreng.

Tidak dapat. Kosong.

Sebelumnya, Rabu,  seorang teman menjanjikan untuk mengirim minyak goreng.

Katanya, Kamis minyak itu dikirimkan.

Kamis malam saya kontak sang teman yang baik ini.

Ia mengirimkan satu kantong plastik berisi minyak goreng.

Cukup lumayan.

Minyak ini selain untuk kebutuhan saya, sebagian saya bagikan kepada tetangga-tetangga yang membutuhkan.

Jumat malam (4/3), ketika saya duduk di markas kelompok diskusi dan pengkajian strategis Hang Lekir (HL) 717 di Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, seorang teman dari Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan mengirimkan pesan WhatsApp (WA). Isi pesannya seperti berikut di bawah ini.

Minyak Goreng. (dok poskota)

“PPN diterapkan 11 persen oleh Ibu SMI mulai 1 April ? Ini harus dihambat atau dibatalkan. Saat ini perdagangan megap-megap, selama dua tahu masa covid ini. Bila PPN ini dipaksakan jalan akan memicu inflasi, tambah parah....Apalagi dalam pandemi begini. Sudah susah akan tambah susah”

“Kasihan rakyat. SMI apa sadar ? Semua naik. Minyak goreng naik, bahan makanan pokok naik, minyak bumi naik, gas naik, perdagangan lesu. Mau ditambah PPN naik. Ini akan menyebabkan inflasi bertambah parah.” Demikian pesan WA teman yang merupakan salah satu anggota PDI Perjuangan tersebut.  

Teman dari partai politik terbesar kedua pun juga mengatakan kepada saya.

Bukan hanya harga-harga bahan pokok pangan naik.

Tapi juga ada kenaikan kepercayaan dari lembaga survei kepada pemimpin pemerintah.

Penghargaan itu disusul merebaknya usulan pemilihan presiden diundur atau bahkan kalau bisa tiga periode.

Katanya ini sebuah kebebasan berwacana dalam berdemokrasi.

Sapa saja boleh berwacana, termasuk menteri kabinet yang telah berjanji akan menjalankan visi misi presiden.

Ketua Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Sunanto, mengatakan kepada saya. Wacana seperti ini , harus dipertimbangkan dampak kegaduhan sosialnya saat ini.

Seseorang yang berdiri di kawasan pojok Betawi di perbatasan Jakarta - Tangerang berkilah, kegaduhan sosial perlu  diperhitungkan.

Saat ini bahan pokok sulit didapat seperti bulan Maret 1998, sebelum Mei 1998. (Ciamik)

Berita Terkait

News Update